GBP/USD merupakan singkatan untuk pasangan mata uang British pound dan U.S. dollar.
Pasangan mata uang ini menginformasikan berapa banyak dolar AS (mata uang dikutip) yang diperlukan untuk membeli satu pound Inggris (mata uang dasar).
Melakukan trading pasangan mata uang GBP/USD juga dikenal sebagai trading “Cable”.
Nilai GBP/USD dikutip sebagai 1 pound Inggris per X dolar AS. Misalnya, jika pasangan ini diperdagangkan pada 1,50, berarti dibutuhkan 1,5 dolar AS untuk membeli 1 pound Inggris.
GBP/USD adalah di antara lima pasangan mata uang paling banyak diperdagangkan di dunia.
GBP/USD dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pound Inggris dan/atau dolar AS.
Untuk alasan ini, perbedaan suku bunga antara Bank of England (BoE) dan Federal Reserve (Fed) akan mempengaruhi nilai kedua mata uang saat dibandingkan satu sama lain.
Ketika the Fed melakukan intervensi dalam kegiatan pasar terbuka untuk membuat dolar AS lebih kuat, misalnya, nilai GBP/USD bisa menurun karena penguatan dolar AS dibandingkan dengan pound Inggris.
Resesi Besar dan Brexit
Selama Resesi Besar (Great Recession), nilai pound Inggris turun tajam.
Pada tahun 2007, GBP/USD diperdagangkan ke level tertinggi di atas 2,10, sebelum jatuh di bawah 1,40, kehilangan lebih dari sepertiga nilainya karena investor berbondong-bondong membeli dolar AS.
GBP/USD mengalami penurunan tajam lagi pada Juni 2016, ketika Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa.
Pasangan GBP/USD turun 10 persen dalam satu sesi perdagangan dan turun hampir 20 persen saat bulan pemungutan suara Brexit.
Pemungutan suara untuk meninggalkan Uni Eropa dilihat sebagai sentimen negatif bagi ekonomi Inggris.
Memilih Brexit akan membuat Inggris menegosiasikan kembali kesepakatan perdagangan dan ketidakpastian yang mengiringi menyebabkan investor menarik uang keluar dari Inggris.
Korelasi
GBP/USD cenderung memiliki korelasi negatif dengan USD/CHF dan korelasi positif terhadap pasangan mata uang EUR/USD. Hal ini disebabkan korelasi positif dari euro, Swiss franc dan pound Inggris.
Sebelum Resesi Besar, GBP/USD sangat berkorelasi dengan dolar Australia dan dolar Selandia Baru karena investor membeli mata uang berimbal hasil tinggi ini dalam apa yang dikenal sebagai strategi carry trade.