Video Youtube
Terdapat definisi kebahagiaan yang berbeda.
Salah satunya menyatakan kebahagiaan sebagai kondisi kepuasan & kegembiraan yang bertahan lama, di mana individu merasa positif tentang hidup mereka dan menemukan makna dari keberadaan mereka.
Namun, pada kenyataannya seringnya kebahagiaan datang & pergi dan tidak berada dalam keadaan permanen.
Apalagi jika kita memaknai kebahagiaan sebagai tujuan, maka selama proses menuju ke tujuan kita berpotensi tidak akan menemukan rasa bahagia.
Lantas apakah kebahagiaan itu merupakan tujuan atau proses?
Bisakah kita merasakan kepuasan dan kegembiraan sepanjang waktu, alih-alih harus menunggu sampai tujuan terlebih dahulu?
Klik Tombol Play untuk Mendengarkan
Podcast Syafril Hernendi bisa didengarkan di Apple Podcasts & Spotify
Transkrip Video Podcast
Apa kamu ingin bahagia?
Nah, jadi jika pertanyaan ini ditanyakan kepada orang-orang maka sebagian besar di antara mereka kemungkinan akan menjawab iya.
Jadi tidak ada orang di dunia itu yang hidupnya itu pingin tidak bahagia.
Nah, namun apa sebenarnya yang dimaksud sebagai kebahagiaan?
Kemudian apakah bahagia itu merupakan tujuan atau proses?
Nah, jadi di video kali ini kita akan membahas tentang segala sesuatunya terkait dengan kebahagiaan.
Nah, sebelum kita masuk ke dalam pembahasan maka hal pertama yang harus kita ulas adalah apa yang dimaksudkan sebagai kebahagiaan.
Nah, jadi sebenarnya akan terdapat berbagai macam definisi ya tentang apa itu yang dimaksud rasa bahagia.
Nah, namun kita akan menggunakan definisi yang akan kita bahas berikut ini.
Nah, jadi kebahagiaan didefinisikan sebagai kondisi kepuasan dan kegembiraan yang bertahan lama di mana individu merasa positif tentang hidup mereka dan menemukan makna dari keberadaan mereka.
Nah, jadi ada beberapa kata kunci ya yang bisa kita ambil dari definisi ini.
Jadi yang pertama adalah kepuasan dan kegembiraan.
Nah, jadi bahagia itu ditandai dengan emosi positif ya.
Nah, jadi orang-orang yang memiliki terlalu banyak emosi negatif maka dia tidak akan merasa bahagia.
Jadi seseorang mungkin saja tetap bisa merasa marah, tetap bisa merasa kecewa atau tetap bisa merasa sedih, namun banyaknya dari emosi negatif itu tidak sebanding ya dengan emosi positif yang dia miliki.
Nah, jadi asal secara keseluruhan emosi positif itu lebih sering atau lebih mendominasi dibanding emosi negatif maka itu bisa menjadi salah satu pertanda bahwa seseorang itu mungkin sedang dalam kondisi bahagia.
Nah, kemudian juga hal berikutnya yang perlu kita garis bawahi adalah seorang individu akan merasa positif tentang hidup mereka dan menemukan makna.
Nah, jadi ini juga satu hal yang perlu digaris bawahi karena mungkin masih banyak orang yang berpendapat bahwa kebahagiaan itu merupakan fungsi dari materi, merupakan fungsi dari kepemilikan.
Nah, namun di sini ternyata bahwa asal seseorang itu bisa menemukan makna dari keberadaan mereka, makna dari hidup mereka ya, makna dari diri mereka itu sudah cukup untuk menjamin ya seseorang itu untuk merasa bahagia.
Nah, jadi kabar baiknya dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya kebahagiaan itu bisa dimiliki oleh semuanya ya, tidak harus orang-orang yang memiliki kecukupan materi.
Jadi orang yang mungkin secara standar rata-rata itu tidak memiliki materi yang banyak tetapi ketika dia bisa menemukan makna akan diri mereka, mereka mempunyai tujuan hidup yang melebihi diri mereka maka itu bisa menjadi indikasi bahwa sebenarnya orang itu pun bisa mendapatkan kebahagiaan.
Nah, lantas dari definisi tadi ada juga beberapa fakta ya yang perlu kita garis bawahi.
Nah, jadi di definisi yang tadi juga disampaikan bahwa kebahagiaan itu merupakan kondisi kepuasan dan kegembiraan yang bertahan lama.
Nah, namun faktanya ternyata kebahagiaan itu datang dan pergi dan tidak dalam keadaan permanen.
Nah, ini sebuah hal yang perlu kita waspadai atau perlu kita jadikan perhatian.
Jadi meskipun seharusnya kondisi positif tadi itu bisa bertahan cukup lama tetapi karena satu dan lain hal maka kadang-kadang atau seringnya bahkan ya kondisi positif tadi atau kebahagiaan tadi itu datang dan pergi.
Jadi kita pada suatu saat merasa bahagia namun di saat yang lain kita merasa sedih, merasa sedang berada di dasar jurang begitu ya.
Dan mungkin ironisnya bahkan rasa bahagia itu datangnya itu jauh lebih sedikit dibandingkan perasaan sedihnya atau perasaan suramnya begitu.
Nah, jadi ketika kondisi ini terjadi maka itu harus menjadi sebuah perhatian ya bahwa mungkin kita mendekati bahagia atau kita mencari kebahagiaan itu di tempat yang salah karena seharusnya kebahagiaan itu bisa bertahan cukup lama.
Jadi meskipun tidak harus bertahan selamanya tapi setidaknya itu bertahan cukup lama ya jadi tidak begitu saja datang dan pergi dalam waktu yang singkat.
Nah, fakta ini diperburuk ya atau diperparah katakanlah dengan banyak orang yang beranggapan bahwa dia akan bahagia saat mencapai tonggak penting dalam hidupnya.
Jadi mungkin kita sering mendengar ya bahwa orang akan bilang begini misalkan, saya akan bahagia ketika saya sudah mendapatkan promosi misalkan, atau saya akan merasa bahagia setelah saya mendapatkan rumah atau saya akan bahagia ketika gaji saya mencapai sekian juta rupiah, misalkan.
Nah, jadi dengan orang yang menyampaikan hal tersebut ya jadi seakan-akan kebahagiaan itu hanya merupakan spot-spot yang terpisah begitu ya, hanya merupakan tonggak-tonggak yang terpisah.
Jadi dia harus menuju ke jalan yang panjang dulu sebelum mencapai tonggak itu baru dia merasa akan bahagia.
Nah, apakah di sepanjang jalan ketika dia menuju sebuah tonggak tadi dia akan juga menikmatinya dan bisa memiliki rasa kebahagiaan yang sama, dibanding dengan ketika dia sudah mencapai tonggak itu?
Nah, belum tentu gitu ya.
Nah, dengan cara pikir yang seperti ini ya, orang yang memberikan syarat kapan dia harus bahagia maka ini juga akan membuat rasa bahagia yang seharusnya itu bisa bertahan lama, yang harusnya itu bisa kita dapatkan pada fase apapun hidup kita, pada titik mana pun kita berada itu menjadi akan sulit dicapai.
Nah, jadi pada satu titik memang ini juga terkait dengan persepsi kita ya, terkait dengan pola pikir kita.
Jadi ketika kita tidak peka, ketika pola pikir kita tidak diset untuk peka terhadap rasa bahagia maka radar kebahagiaan kita pun akan tumpul.
Jadi hal-hal yang seharusnya itu bisa membuat kita bahagia karena kita beranggapan bahwa saya tidak akan bahagia sebelum mencapai satu hal maka ketika dalam perjalanan itu ya, ketika kita menemukan suatu hal yang menyenangkan, suatu hal yang positif maka itu tidak akan terlalu banyak berarti karena kita merasa bahwa diri kita belum sampai pada tonggak tersebut.
Nah, apa contoh dari penjelasan kita yang baru saja kita bahas tadi ya?
Nah, jadi beberapa contoh misalkan adalah tentang promosi pekerjaan.
Nah, jadi tadi disampaikan bahwa ada orang yang akan bilang bahwa saya akan bahagia ketika saya telah mendapatkan promosi, misalkan.
Nah, apakah benar bahwa seseorang itu akan bahagia ketika mendapatkan promosi?
Biasanya betul ya, karena promosi itu biasanya akan diiringi dengan kenaikan gaji, akan diiringi dengan kenaikan fasilitas, akan diiringi dengan kenaikan prestise.
Makanya banyak orang yang menginginkan adanya promosi karena memang di balik promosi itu terdapat begitu banyak hal-hal positif ya yang menyertainya.
Nah, namun setelah katakanlah orang itu setelah melakukan pekerjaan yang luar biasa ya, dia telah bekerja keras, dia telah melakukan banyak hal ya untuk mendapatkan promosi setelah empat atau lima tahun katakanlah dan kemudian dia promosi.
Nah, apakah kemudian setelah promosi itu rasa puas dan tadi akan bertahan lama? Biasanya tidak ya.
Jadi meskipun mungkin pada bulan-bulan awal dia merasa puas, dia merasa lebih terpenuhi hidupnya tapi setelah dia mulai terbiasa dengan gaji baru, telah terbiasa dengan fasilitas baru maka biasanya tingkat kepuasan tadi akan semakin menyurut.
Sama seperti ketika kita merasa kehausan ya.
Jadi ketika kita merasa sangat haus mungkin gelas pertama atau gelas kedua itu akan begitu nikmatnya bisa melepaskan dahaga kita.
Tapi setelah kita minum gelas ketiga, gelas keempat maka biasanya kenikmatan itu akan semakin menurun.
Nah, itu juga sama dengan orang yang mendapatkan berbagai macam fasilitas baru tadi setelah dia mendapatkan promosi, maka setelah beberapa saat biasanya kepuasan itu akan menurun.
Dan orang tadi yang tadinya harusnya merasa bahagia akan kemudian kembali kepada kondisi awal di mana dia merasa kurang bahagia begitu ya.
Nah, jadi inilah biasanya kalau kita hanya menganggap bahwa kebahagiaan itu merupakan atau bisa kita dapat setelah kita mencapai suatu tonggak-tonggak tertentu.
Pun akhirnya kita mencapai tonggak itu ternyata hal itu tidak akan bertahan lama.
Padahal dalam kasus promosi tadi mungkin kita sudah bersusah payah ya, sudah mengorbankan diri kita, bersusah payah selama tiga, empat atau lima tahun gitu ya hanya untuk mendapatkan promosi yang ternyata rasa terpenuhi itu tidak berlangsung lama, tidak selama yang kita kira.
Itu merupakan contoh yang pertama ya tentang promosi pekerjaan.
Nah, kemudian juga contoh yang lebih sederhana itu terjadi dengan apa yang dinamakan sebagai Sunday Blues.
Jadi kesedihan di hari Minggu mungkin begitu ya kalau kita terjemahkan.
Nah, jadi bagi orang-orang yang bekerja itu biasanya hari Jumat itu merupakan salah satu hari yang ditunggu-tunggu makanya ada istilah TGIF, begitu ya.
Syukurlah ini sudah hari Jumat gitu, karena kita menunggu datangnya akhir pekan ketika kita bisa beristirahat, ketika kita bisa melakukan apa yang menjadi keinginan kita gitu ya dan tanpa harus disibukkan lagi dengan tugas-tugas rutin kantor.
Nah, namun biasanya kita akan merasakan bahwa meskipun akhir pekan itu hari Sabtu, hari Minggu itu adalah hari yang ditunggu ya tapi biasanya ketika sudah masuk dalam minggu sore gitu ya, kita sudah menikmati akhir pekan kita, tibalah hari Minggu kemudian sudah mulai siang sudah menuju sore itu biasanya kita akan merasa semacam stres begitu ya.
Stres karena mengingat bahwa liburan kita akan sudah berakhir, bahwa besok kita harus masuk lagi ke rutinitas pekerjaan.
Nah, jadi alih-alih hari Minggu yang sebenarnya masih merupakan hari libur gitu ya, yang harusnya kita itu bisa nikmati tapi setengah di hari Minggu itu biasanya kita sudah akan mengalami apa yang dinamakan sebagai Sunday Blues.
Jadi kita sudah mulai merasa stres lagi.
Kita sudah mulai merasa seperti tertekan begitu ya.
Mengingat bahwa besok kita harus memulai siklus lagi ya, memulai lagi dari hari Senin dan menunggu lagi sampai hari Jumat kemudian ketemu hari Minggu lagi dan kemudian Sunday Blues, itu selalu berulang.
Jadi kadang-kadang suatu hal yang kita nanti-nantikan, tonggak yang kita impi-impikan, tonggak yang kita usahakan dengan luar biasa begitu ya, tapi setelah kita mendapatinya ternyata itu tidak menjamin kebahagiaan yang lama.
Promosi pekerjaan sebagai contohnya atau saat kita menantikan akhir pekan itu sebagai contoh yang lebih mudah yang mungkin lebih mudah kita pahami ya dan kita hampir rasakan tiap minggunya gitu.
Nah, jadi itu adalah sebuah kelemahan ketika kita hanya menganggap bahwa kebahagiaan itu merupakan sebuah tujuan, hanya merupakan sebuah tonggak-tonggak tertentu dalam hidup kita dan kita tidak menganggap bahwa masa-masa waktu di sela-sela tonggak tersebut merupakan suatu momen yang sebenarnya kita juga bisa meraih kebahagiaan.
Nah, berikutnya ini juga ada sebuah untuk sebagai apa ya, lawan ya, sebagai lawan dari pemahaman yang tadi bahwa kebahagiaan itu hanya berupa tonggak-tonggak atau tujuan atau hanya kita rasakan ketika kita sudah bisa mencapai tujuan kita.
Nah, ada seorang penulis dan penyair Italia yang bernama Giacomo Leopardi.
Dia menyatakan bahwa momen paling membahagiakan dalam seminggu adalah malam menjelang hari libur.
Nah, jadi ini menjadi semacam cara pandang yang berbeda ya.
Jadi menurut Leopardi ini Justru kalau kita tadi mengambil contoh weekend ya, jadi malam hal yang atau waktu yang paling membahagiakan itu bukan hari Minggunya tetapi atau hari Sabtu Minggunya tetapi malam menjelang hari libur.
Nah, jadi kalau misalkan kita terapkan pada kasus kita berarti ada kemungkinan bahwa sebenarnya saat yang paling membahagiakan itu adalah Jumat malam.
Jadi bukan ketika hari libur itu sendiri begitu ya.
Nah, jadi tapi ini cukup masuk akal ya, cukup masuk akal apalagi ketika tadi kita mengambil contoh tentang Sunday Blues yang tadi gitu ya.
Jadi biasanya kenapa orang menyeru thanks God it’s Friday gitu ya, karena di situlah biasanya excitement gitu ya,
Itu membuncah gitu ya.
Rasa sukacita yang paling besar itu terjadi ketika hari Jumat, gitu ya.
Nah, setelah hari Jumat maka kita akan semakin melihat bahwa ternyata tingkat kebahagiaan kita, tingkat kepuasan kita terhadap hari libur itu akan semakin menurun yang di puncaki dengan fenomena Sunday Blues yang tadi gitu ya.
Jadi sebenarnya juga terjadi ketika kita sedang mengharapkan suatu peristiwa besar seperti misalkan hari raya keagamaan gitu ya.
Idul Fitri misalkan, gitu ya.
Nah, saya sendiri juga merasa bahwa saat paling menggembirakan itu justru ketika malam takbiran, ketika kita sedang bersiap-siap untuk menyambut Idul Fitri.
Disitulah biasanya antusiasme, keriangan itu yang paling tinggi, rasa puncak keriangan itu adalah pada malam takbiran.
Nah, ketika akhirnya pagi harinya kita mulai melakukan salat Idul Fitri kemudian mulai bersilaturahmi itu biasanya kemudian tingkat kepuasan, tingkat antusias itu akan semakin menurun sampai kemudian mungkin di puncaki ketika siang hari pada hari raya itu ya, kita akan merasa bahwa semuanya kembali ke keadaan normal.
Nah, jadi apa yang bisa kita ambil dari apa yang disampaikan oleh Leopardi ini bahwa sebenarnya kita mungkin sering terlewat ya bahwa sebenarnya proses menunggu suatu tonggak tadi atau perjalanan ketika kita sedang menuju suatu tujuan kita itu juga bisa membuat kita bahagia ketika misalkan kita bener-bener bisa memanfaatkannya.
Nah, itu dibuktikan dengan fenomena sederhana tadi ya bahwa sebenarnya saat-saat paling menggembirakan itu adalah bukan pada momennya, bukan pada tujuannya tapi pada saat datangnya momen itu.
Atau dalam kata lain orang-orang itu bahagia ketika menunggu datangnya kebahagiaan gitu ya.
Jadi ketika sedang menunggu, ketika kita sedang mengantisipasi suatu momen itu sebenarnya juga kita merasa paling merasa bersuka cita.
Perasaan senang itu yang paling membuncah yang paling puncaknya gitu ya, yang itu akan semakin menurun ketika kita mendapatkan momen itu.
Ketika momen itu telah tiba maka tidak lama setelah momen itu tiba setelah suatu hal itu kita dapatkan itu tingkat kebahagiaan kita akan semakin lama semakin menurun.
Nah, akhirnya adalah apa yang bisa kita simpulkan dari apa yang disampaikan oleh Leopardi tadi adalah bahwa kebahagiaan itu bisa ditemukan dalam perjalanan untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri.
Nah, jadi dengan kita membuka perspektif kita maka sebenarnya jika tadinya kita itu hanya menganggap bahwa kebahagiaan itu bisa dicapai ketika kita mencapai tujuan maka dengan kondisi ini sebenarnya perjalanan untuk mencapai kebahagiaan itu sendiri itu sebenarnya bisa membuat kita menjadi bahagia juga gitu ya.
Dan ini bisa memiliki dua keuntungan ya.
Karena ketika misalkan tadi ya kita beranggapan bahwa saya akan merasa bahagia setelah mendapatkan promosi.
Nah, masalahnya adalah apakah promosi itu merupakan suatu hal yang pasti? Tidak juga.
Karena meskipun kita sudah bekerja dengan keras, sudah menghabiskan banyak waktu ya, apakah promosi itu kemudian akan pasti kita dapatkan? Belum tentu.
Apalagi ketika kita harus juga melihat atau banyak faktor yang terlibat di situ ya.
Ada faktor kondisi perusahaan, ada faktor kemudian atasan, ada faktor rekan kerja gitu ya.
Jadi ada kemungkinan yang seharusnya promosi itu menjadi jatah kita maka itu tidak tercapai, kita tidak mendapatkan promosi itu.
Bahkan alih-alih kita gitu ya teman kita yang justru mendapatkan promosi itu.
Nah, jadi apa yang terjadi dengan hal ini maka kita akan merasa kecewa, kita akan merasa gagal seratus persen gitu ya.
Karena kita sudah tidak merasa bahagia ketika dalam proses mencapai kebahagiaan itu namun kebahagiaan yang kita harapkan itu ternyata tidak kunjung kita raih juga maka kita akan rugi dua kali gitu ya.
Jadi kita melewatkan proses yang seharusnya bisa membuat kita bahagia, namun itu tidak kita manfaatkan ya, namun ketika kemudian ada tujuan yang harusnya membuat kita bahagia ternyata tujuan itu pun meleset dan kita tidak mendapatkannya.
Jadi kita bisa rugi dua kali.
Nah, namun ketika kita mengubah cara pandang bahwa ternyata ketika kita menuju jalan promosi tadi ya, ketika kita bekerja tiap harinya, ketika kita berinteraksi dengan teman-teman kita di kantor, ketika kita mengerjakan tugas-tugas kita, jika kita mengartikan bahwa kita juga bisa mendapatkan pemenuhan, kita bisa mendapatkan kebahagiaan dari tugas-tugas itu maka ketika pun akhirnya promosi itu tidak datang tapi kita sudah mendapatkan satu buah kepuasan ya, satu buah rasa bahagia yaitu ketika kita menjalani prosesnya.
Pun akhirnya kita nanti mendapatkan apa yang kita inginkan maka itu akan menjadi bonus.
Kita akan mendapatkan double kebahagiaan gitu ya.
Nah, jadi hanya dengan kita bisa mengubah perspektif kita maka yang tadinya kita itu akan menjadi orang yang kalah total gitu ya, kita bisa saja menjadi orang yang memiliki kemenangan ganda gitu ya.
Atau minimal pun tidak kemenangan ganda kita tetap akan menang karena ketika tujuan itu tidak tercapai karena kita menikmati prosesnya maka proses itu tetap bisa memberikan kepuasan kepada kita.
Nah, jadi akhirnya alih-alih menganggap sebagai tujuan akhir, jadikan kebahagiaan sebagai kekuatan yang mendorong menuju tujuan.
Nah, jadi ini hanya ingin menyampaikan bahwa jadikan pula proses itu sebagai sebuah kekuatan ya, sebuah dorongan justru malah, untuk kemudian juga membuat kita mendapatkan kebahagiaan di tujuan yang tercapai tapi selain itu juga kita tetap mendapatkan rasa bahagia ketika menjalani prosesnya.
Nah, bagaimana caranya agar proses itu juga bisa membuat kita bahagia?
Nah, jadi setidaknya ada tiga cara yang bisa kita lakukan.
Jadi yang pertama adalah selaraskan tujuan dengan minat.
Nah, jadi ini meman kondisi ideal ya.
Kondisi idealnya memang ketika kita ingin mencapai sesuatu, ketika kita memiliki tujuan maka pastikan bahwa tujuan itu sesuai dengan minat kita.
Maka akhirnya segala upaya semua kerja yang kita perlukan untuk mencapai tujuan itu tidak akan menjadi beban namun sebaliknya akan menjadi sebuah dorongan atau sebuah sumber energi ya yang membuat kita menjadi bahagia.
Orang yang mengerjakan sesuatu sesuai dengan minatnya itu dia akan selalu antusias ya, dia tidak akan merasa terpaksa, dia akan merasa memiliki dorongan motivasi internal yang begitu kuat gitu ya.
Karena dia tidak harus melakukan suatu hal tapi karena dia memang menginginkan melakukan hal itu.
Nah, jadi ini sebuah kekuatan ya ketika kita bisa menyelaraskan antara tujuan dengan minat kita.
Cara yang kedua adalah selaraskan tujuan dengan nilai pribadi kita.
Karena sebagaimana kita ketahui setiap orang memiliki nilai yang berbeda ya.
Mungkin ada orang-orang yang memiliki pandangan bahwa keluarga harus diutamakan.
Nah, dia tidak ingin berpisah jauh dengan keluarganya, dia tidak ingin berpisah lama-lama dengan anak-anaknya, misalkan.
Nah, jadi ketika kita memiliki tujuan, ketika kita memiliki nilai-nilai yang tadi baru disebutkan maka usahakan untuk menyesuaikannya.
Karena ketika kita memiliki tujuan namun bertentangan dengan nilai pribadi kita maka itu akan menjadi semacam penghambat ya yang membuat kita menjadi tidak menikmati prosesnya, yang membuat kita menjadi tidak termotivasi untuk mencapai tujuan kita.
Atau ketika dia menghargai nilai kejujuran yang tinggi misalkan ya, pastikan untuk dia memiliki tujuan pada suatu hal yang tidak tercampur dengan hal-hal yang berbau abu-abu gitu ya.
Jadi mungkin kontrak-kontrak yang ajaib gitu ya, tender-tender yang tidak tercatat seperti itu ya.
Nah, jadi pastikan untuk dia tidak memiliki tujuan yang seperti itu karena hal-hal yang abu-abu tadi hanya akan bertentangan dengan nilai pribadi dia yang pada akhirnya akan membuat dia tidak memiliki semangat yang tinggi dalam mencapai tujuan dan akan menghalangi dia menikmati proses yang sedang dia jalani.
Nah, kemudian yang berikutnya adalah selaraskan juga tujuan dengan upaya untuk melakukan kebaikan.
Nah, ini sebagai sebuah catatan ya karena pada kondisi yang ideal memang sebisanya kita itu harus menyelaraskan minat dan nilai pribadi kita dengan tujuan kita gitu ya.
Kita harus bekerja di tempat yang sesuai minat, kita harus memiliki profesi yang sesuai dengan nilai pribadi kita.
Nah, namun pada kondisi tertentu, kondisi ideal ini mungkin tidak akan tercapai.
Nah, lantas bagaimana cara kita untuk tetap bisa menikmati prosesnya?
Bagaimana cara kita untuk tetap bisa mendapatkan kepuasan dalam menjalani proses tersebut?
Nah, salah satu cara yang bisa diambil adalah dengan menyertakan semua proses tadi untuk juga bisa melakukan kebaikan untuk orang lain gitu ya.
Nah, jadi kebaikan ini tidak mesti harus suatu kebaikan yang terpisah ya.
Jadi tidak mesti kita kemudian harus menjadi volunteer di tempat di luar tempat kerja kita misalkan atau melakukan kerja sosial yang tidak berhubungan dengan profesi kita.
Nah, kebaikan itu bisa dilakukan sesimpel pada ruang lingkup kita.
Jadi misalkan karena kita ketika bekerja itu memiliki tim ya dan di antara tim kita itu ada orang-orang baru yang belum berpengalaman maka kita bisa melakukan kebaikan dengan membimbing orang-orang baru tadi.
Dengan memberikan mereka semacam pendampingan begitu ya.
Jadi ketika kita melakukan hal itu sebenarnya itu juga sebuah hal yang bertema kebaikan karena kita juga akan membantu mereka untuk bisa berkembang lebih lanjut.
Nah, lantas kenapa kebaikan ini ternyata juga bisa meningkatkan kebahagiaan?
Karena sebuah riset pernah menyatakan bahwa sebenarnya cara tercepat untuk bahagia itu adalah terlibat dalam tindakan kebaikan untuk orang lain.
Nah, ini didukung oleh sebuah penelitian yang dilakukan pada anak-anak ya.
Jadi ketika anak-anak itu diberikan semacam makanan kecil atau jajanan dan ketika mereka itu kemudian membagikan jajanan itu kepada teman mereka ternyata anak-anak yang membagikan makanan itu memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Nah, padahal sebenarnya membagikan makanan itu kan sebenarnya dia mengurangi jatahnya, dia mengurangi kesenangan yang mungkin dia dapatkan.
Namun dengan dia itu berbagi, sharing gitu ya, itu ternyata justru malah bisa meningkatkan kepuasan orang-orang yang melakukan tindakan berbagi tadi.
Nah, akhirnya dari sini kita bisa simpulkan juga bahwa tindakan berbagi tidak hanya terbatas pada yang sifatnya materi ya tapi juga tadi seperti disampaikan ketika kita membimbing orang-orang baru atau berusaha membuat tim kita maju bersama dengan kita gitu ya, dengan kita berbagi knowledge kita, dengan kita berbagi pengalaman kita itu juga sebuah bentuk kebaikan yang pada akhirnya itu bisa membuat kita menjadi lebih bahagia.
Nah, jadi agar kita bisa mendapatkan suatu makna atas apa yang kita kerjakan maka setidaknya kita bisa meyakinkan diri kita bahwa meskipun pekerjaan ini tidak sesuai dengan minat kita, agak bertentangan dengan nilai pribadi kita tapi paling tidak saya akan melakukan suatu hal yang memiliki makna, saya akan membuat orang-orang yang bekerja dengan saya itu bisa maju bersama, bisa saling membantu, bisa membuat mereka menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktunya.
Nah, jadi apa kesimpulan yang bisa kita ambil dari sini?
Jadi kesimpulannya adalah bahwa yang penting itu bukan mencapai kebahagiaan melainkan menemukan strategi bahagia untuk mencapainya.
Nah, jadi ini hanya ingin menyampaikan bahwa sebenarnya ketika kita dihadapkan kepada pertanyaan sebenarnya kebahagiaan itu proses atau tujuan maka kita bisa menjawab dua-duanya ya.
Karena bukan berarti kemudian ketika kita menghargai proses, tujuan itu menjadi suatu hal yang tidak membuat kita bahagia.
Namun, sebaliknya gitu ya.
Jadi orang-orang yang tadinya itu menganggap bahwa hanya ketika kita mencapai tujuan itu kita bisa bahagia namun sebenarnya ketika kita mengubah cara pandang kita, ketika kita mengubah persepsi kita maka sebenarnya baik tujuan maupun proses itu sama-sama bisa membuat kita bahagia.[]