Video Youtube
Heuristik adalah jalan pintas mental yang memungkinkan kita untuk memecahkan masalah dan membuat penilaian dengan cepat dan efisien.
Heuristik penting karena akan mempersingkat waktu pengambilan keputusan dan menghemat sumber daya.
Untuk diketahui, tiap harinya kita harus mengambil ratusan atau bahkan ribuan keputusan sehingga dengan melakukan jalan pintas maka semua bisa dilakukan lebih cepat.
Namun, heuristik juga memiliki kelemahan. Salah satunya adalah memicu terjadinya prasangka dan stereotip.
Kasus penembakan Balbir Singh Sodhi bisa menjadi salah satu contohnya.
Klik Tombol Play untuk Mendengarkan
Podcast Syafril Hernendi bisa didengarkan di Apple Podcasts & Spotify
Transkrip Video Podcast
Apa itu heuristik? Apa pula fungsi dan bahayanya?
Nah, jadi sebelum kita masuk ke dalam inti pembahasan, video kali ini akan didahului dengan cerita tentang penembakan Balbir Singh Sodhi.
Nah, jadi Sodhi ini adalah seorang imigran Amerika Serikat yang berasal dari India.
Nah, jadi ketika dia muda, dia merantau ke Amerika untuk bekerja sebagai seorang computer engineer.
Nah, setelah beberapa saat bekerja, Sodhi ini akhirnya bisa mengumpulkan sejumlah uang dan kemudian dia membeli sebuah pompa bensin ya, dan kemudian tinggal di negara bagian Arizona.
Nah, penembakan ini terjadi pada tanggal 15 September tahun 2001 atau sesaat setelah peristiwa runtuhnya gedung WTC ya atau World Trade Center di New York.
Nah, jadi sebagaimana kita ketahui pada tahun 2001 itu pada tanggal 11 September itu pesawat yang dibajak oleh teroris menabrakkan dirinya ke dua gedung kembar itu ya yang kemudian gedung itu runtuh.
Nah, akibat gedung yang runtuh tadi tercatat ribuan warga Amerika dan warga dari negara lain tentunya ya, itu menjadi korban.
Nah, setelah peristiwa itu muncul semacam sentimen anti-Arab ya di Amerika.
Jadi sebagian orang itu kemudian karena rasa sedihnya, karena rasa marahnya itu kemudian meluapkan semua hal yang terjadi itu pada orang-orang Arab.
Jadi mereka berpendapat bahwa orang-orang Arab itu bertanggung jawab atau berkomplot begitu ya, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap peristiwa itu.
Nah, ternyata sentimen yang menjangkiti sebagian warga Amerika itu juga terjadi atau menjangkiti orang yang bernama Frank Silva Roque.
Nah, jadi Frank Silva Roque ini seorang laki-laki ya berumur sekitar 40 tahunan dan dia merasa sedih, dia merasa marah, dia merasa perlu membalas dendam ya ketika terjadi peristiwa itu.
Maka setelah peristiwa itu, pada tanggal 15 September, Roque ini secara acak ya, dia bepergian dengan mobilnya dan berkeliling kota di daerah negara bagian Arizona.
Nah, saat dia berkeliling ternyata secara tidak sengaja ya, dia melihat Sodhi yang pada saat itu memakai turban.
Nah, sebagai informasi Sodhi ini sebenarnya adalah seorang Sikh ya, seorang penganut agama Sikh yang memang dicirikan dengan penganut prianya itu memakai turban.
Jadi kalau kita dulu ingat atau membaca sejarah atau melihat foto-foto pasukan Gurkha ya yang dulu ikut menginvasi Indonesia ketika masa perang kemerdekaan maka kita akan melihat juga orang-orang Gurkha itu banyak yang memakai turban di mana artinya orang Gurkha itu banyak yang menganut agama Sikh.
Nah, agama yang sama ini pula yang kemudian dianut oleh Sodhi.
Nah, namun karena Roque ini mengalami semacam bias kognitif ya atau kesalahan berpikir maka dia mengasosiasikan turban dan jenggot itu sebagai seorang muslim.
Dia menganggap bahwa orang muslim itu adalah orang yang memakai sorban dan memakai jenggot.
Padahal sebagaimana kita ketahui tidak semua orang yang kemudian memakai sorban atau turban itu kemudian dia adalah seorang muslim.
Dan ini terjadi pada peristiwa yang menimpa Sodhi.
Nah, jadi karena dia salah sangka, dia menyangka Sodhi ini adalah seorang muslim maka kemudian dia menembakkan senjata yang dibawanya ke arah Sodhi.
Dan ternyata dari beberapa kali tembakan itu salah satunya kemudian membunuh Sodhi ini.
Nah, jadi kenapa ini menjadi sebuah peristiwa yang sedih?
Karena akibat kita dipenuhi oleh prejudice ya, prasangka, akibat kita melakukan sebuah stereotip maka akhirnya orang yang sebenarnya tidak bersalah, orang yang mirip dengan sesuatu yang kita prasangkakan itu bisa saja menjadi korban.
Nah, dalam kasus Sodhi ini apa yang menjadi korban itu tidak hanya suatu hal yang sifatnya ringan ya, tidak hanya harta yang hilang tapi juga bahkan nyawa, hanya karena Frank Silva Roque ini salah menyangka Sodhi yang sebenarnya orang Sikh sebagai seorang muslim.
Nah, jadi apa yang sebenarnya terjadi pada Roque ya?
Ini mungkin akan banyak sebab ya karena ketika dia di pengadilan juga pengacara yang membela Roque ini menyatakan bahwa Roque ini mengalami gangguan kejiwaan.
Nah, namun secara umum kita juga bisa menyatakan bahwa apa yang terjadi pada Roque ini disebabkan oleh apa yang dinamakan sebagai cognitive bias yang dipicu oleh heuristik.
Nah, heuristik inilah nanti akan kita bahas ya.
Jadi apa itu yang sebenarnya dimasukkan sebagai heuristik?
Nah, jadi heuristik adalah jalan pintas mental yang memungkinkan kita untuk memecahkan masalah dan membuat penilaian dengan cepat dan efisien.
Nah, sekilas kalau kita lihat dari definisi heuristik itu sebenarnya tidak ada suatu hal yang bernilai negatif ya bahkan cenderung positif.
Karena ternyata dengan heuristik ini kita itu bisa memiliki jalan pintas ya.
Otak memiliki jalan pintas, otak melakukan jalan pintas untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.
Karena sebagai informasi sebenarnya kita harus mengambil keputusan yang jumlahnya hingga mungkin ratusan atau ribuan kali tiap harinya tanpa kita sadari.
Jadi berbagai macam keputusan itu misalkan apa yang hendak kita makan hari atau kemudian kita hendak memakai baju seperti apa, kemudian apa yang kita lakukan setelah makan siang atau apakah nanti malam kita akan nonton TV atau sekedar bermain video game.
Jadi itu adalah beberapa contoh keputusan-keputusan yang harus kita ambil tiap harinya dan itu tentunya akan membebani otak untuk memproses semua informasi itu.
Jadi pada akhirnya juga jangan mengira bahwa keputusan yang kita ambil itu harus melulu keputusan-keputusan yang penting atau keputusan yang besar.
Jadi keputusan mengenai pilihan pakaian atau pilihan makanan itu juga merupakan suatu hal yang harus diputuskan oleh otak kita.
Nah, karena otak harus melakukan begitu banyak putusan ya, harus dibebani oleh begitu banyak pilihan maka akhirnya heuristik ini akan memiliki manfaatnya sendiri karena dengan melakukan metode heuristik inilah kemudian otak itu bisa memecahkan berbagai macam masalah tadi dengan lebih mudah.
Nah, jadi artinya apa yang kita bisa simpulkan dari heuristik tadi pada satu titik memang heuristik ini akan menghemat waktu dan sumber daya saat mengambil keputusan.
Jadi sudah disampaikan tadi bahwa secara tidak kita sadari sebenarnya kita itu diharuskan untuk mengambil begitu banyak keputusan.
Kita harus memilih diantara berbagai macam alternatif.
Nah, dengan otak kita itu terhubung dengan satu hal yang dinamakan heuristik tadi ya itu maka otak itu akan bisa mengambil shortcut, akan bisa mengambil jalan pintas, akan bisa mengambil suatu metode yang paling mudah begitu ya ketika hendak mengambil keputusan.
Dan dengan kita bisa melakukan itu secara shortcut maka pada akhirnya itu akan menghemat waktu dan sumber daya.
Jadi otak kita tidak perlu harus berpikir secara keras.
Waktu yang dibutuhkan pun tidak harus memakan waktu yang lama.
Karena pada akhirnya sebuah keputusan yang ditimbang secara rasional itu harus mempertimbangkan sisi baik dan buruknya secara fair ya, secara integral, secara menyeluruh begitu.
Nah, ketika kita hendak memutuskan satu hal yang nampaknya sepele namun kita harus berpikir dengan kekuatan yang penuh ya, harus berpikir secara rasional maka tentunya hal-hal itu akan membebani fungsi otak kita.
Padahal otak itu juga harus melakukan berbagai macam tugas yang lainnya.
Jadi akhirnya pada sisi yang positif heuristik ini sebenarnya akan menguntungkan kita sebagai manusia, akan mengurangi beban dari otak kita untuk memutuskan sesuatu.
Nah, namun hanya saja selain hal-hal yang sifatnya plus tadi heuristik juga memiliki sisi minusnya.
Nah, sisi minus ini disebut sebagai rawan menyebabkan cognitive bias.
Nah, jadi cognitive bias itulah tadi yang terjadi pada Roque ya.
Jadi ketika dia mengalami kesalahan berpikir, dia melakukan stereotip, dia melakukan prejudice maka kemudian dia bisa terjatuh pada suatu tindakan yang ekstrim ya, yaitu membunuh orang yang sebenarnya bukan masuk dalam target yang dia rencanakan.
Nah, kenapa dia melakukan hal itu?
Karena tadi ya otak melakukan shortcut gitu.
Karena dia melihat dari mungkin dari majalah, dari televisi atau dari sumber yang lain bahwa orang-orang muslim itu dicirikan dengan tutup kepala dan jenggot maka ketika dia melihat orang yang sama dengan ciri-ciri yang sama maka dia melakukan shortcut.
Dia melakukan jalan pintas dan langsung menyimpulkan tanpa melakukan sebuah pemikiran yang rasional dan menganggap orang yang memiliki ciri-ciri yang mirip itu sebagai seorang muslim dan kemudian dia mengambil tindakan kejam dengan menembaknya secara membabi buta.
Nah, lantas apa sebenarnya yang dinamakan sebagai bias kognitif ya?
Nah, tadi kita sampaikan bahwa heuristik itu bisa menyebabkan bias kognitif.
Nah, jadi bias kognitif adalah kesalahan sistematis dalam berfikir saat seseorang memproses dan menafsirkan informasi sehingga mempengaruhi keputusan dan penilaian.
Nah, jadi ada semacam kesalahan ya, ada semacam kesalahan sehingga informasi yang masuk itu kemudian salah diolah begitu.
Nah, kenapa itu bisa salah ya macam-macam sebenarnya ya.
Mungkin karena memang dia memiliki kemampuan berpikir yang rendah atau itu karena juga didorong oleh kecenderungan manusia yang mengambil metode berpikir heuristik gitu.
Karena heuristik tadi itu sudah merupakan suatu kecenderungan yang tertanam dalam diri kita secara alamiah ya dan ketika itu dikombinasikan dengan berbagai macam faktor lain maka dalam contoh yang ekstrim itu akan menyebabkan bias kognitif yang kemudian memicu suatu tindakan kejam yang dilakukan oleh Roque tadi.
Nah, kemudian apa saja jenis-jenis dari heuristik?
Nah, jadi heuristik itu nanti kita lihat akan ada beberapa macam ya, akan ada beberapa jenis.
Jadi yang pertama adalah availability heuristik.
Nah, jadi ini dimaksudkan sebagai heuristik yang melibatkan pengambilan keputusan berdasarkan kemudahan atau ketersediaan.
Nah, yang dimaksudkan dengan ini adalah sebagai contoh misalkan kita baru mendengar adanya kabar bahwa ada pesawat yang jatuh.
Nah, karena kabar itu tersedia dalam waktu yang belum lama ya, kita baru membaca berita itu, itu tersedia di kita pada kondisi yang masih fresh yang masih new maka kita kemudian akan melakukan shortcut akan menyimpulkan bahwa naik pesawat itu sebenarnya tidak aman.
Nah, karena informasi pada saat itu yang tersedia adalah sebuah kecelakaan pesawat maka pikiran kita akan melakukan shortcut, akan melakukan jalan pintas yang kemudian menyimpulkan bahwa naik pesawat itu tidak aman.
Jadi ketika kita mungkin memiliki rencana untuk naik pesawat maka kemungkinan peristiwa itu akan membuat kita menjadi ragu-ragu atau membatalkan perjalanan naik pesawat.
Nah, padahal kondisi kenyataannya bahwa sebenarnya transportasi menggunakan pesawat itu termasuk transportasi yang paling aman.
Jadi melebihi transportasi apapun ya, melebihi keamanan dari bis, melebihi keamanan berkendara pakai mobil dan melebihi keamanan berkendara di laut.
Nah, jadi suatu ketersediaan informasi yang baru itu kemudian bisa menutupi ya fakta sebenarnya bahwa sebenarnya menggunakan transportasi pesawat itu sebenarnya merupakan metode yang aman.
Nah, jadi hal tadi ya ketika kita cenderung untuk mengambil suatu informasi yang tersedia pada saat itu, yang itu akhirnya membuat kita kemudian salah dalam mengambil keputusan itu dinamakan sebagai availability heuristic.
Nah, kemudian jenis heuristik yang kedua dinamakan sebagai representative.
Nah, jadi representative heuristic itu melibatkan pengambilan keputusan dengan membandingkan situasi saat ini dengan prototipe mental yang paling representatif.
Nah, jadi misalkan kita sedang menilai apakah seseorang itu termasuk orang yang ramah atau tidak, misalkan gitu ya.
Dan ketika kita juga menghubungkan antara orang yang ramah itu kita mengingat sifat-sifat yang dimiliki oleh katakanlah nenek kita.
Jadi kita melihat atau mengasosiasikan nenek kita itu memiliki sifat yang ramah.
Nah, maka ketika kita melihat seseorang dengan memiliki karakteristik yang mirip dengan nenek kita, mungkin seorang perempuan yang bersahaja, berambut putih gitu ya, misalkan, dengan pakaian yang sederhana, dengan raut muka yang seperti nenek kita, nah itu akan memicu kita untuk membuat pengambilan keputusan ya yang kemudian juga mengatributkan orang yang memiliki kesamaan dengan nenek kita tadi sebagai juga orang yang ramah.
Nah, jadi pengambilan keputusan dengan membandingkan situasi saat ini dengan prototipe mental yang sudah kita miliki itu kemudian akan membuat kita melakukan representative heuristic.
Jadi karena hanya seorang itu mirip dengan nenek kita maka kita akan menganggap bahwa orang yang memiliki kesamaan fisik atau kesamaan sifat atau kesamaan penampakan ya dengan nenek kita itu sebagai seorang yang ramah.
Nah, lantas jenis heuristik yang lainnya adalah affect heuristic.
Nah, jadi affect heuristic ini melibatkan pembuatan pilihan yang dipengaruhi oleh emosi yang dialami seseorang pada saat itu.
Nah, jadi ini hanya ingin menyatakan bahwa ketika kita itu membuat pilihan saat emosi itu dalam kondisi positif itu akan lebih menguntungkan biasanya dibanding ketika kita melakukan pengambilan keputusan saat kita sedang berada dalam emosi yang negatif.
Jadi orang yang sedang gembira, orang yang sedang bersuka cita, orang yang sedang senang, orang yang hatinya sedang tenang, begitu ya, itu relatif akan mengambil keputusan secara lebih baik ketika dirinya sedang dikuasai oleh berbagai macam emosi yang negatif.
Jadi heuristik yang terakhir ya atau berikutnya dinamakan sebagai anchoring heuristic.
Nah, jadi anchoring heuristic ini melibatkan kecenderungan untuk terlalu dipengaruhi oleh informasi awal yang kita dengar atau pelajari.
Nah, jadi ini mirip dengan peristiwa ketika misalkan kita sedang berada di supermarket kemudian kita menemukan sebuah toko sepatu yang paling awal ya, karena kita ke supermarket ingin membeli sepatu misalkan, dan kita kebetulan melihat ada toko sepatu yang paling awal kita temui.
Nah, ada kemungkinan kita akan cenderung untuk membeli di toko itu.
Nah, jadi informasi awal yang kita peroleh itu akan lebih cenderung untuk kita jadikan sebagai semacam dasar dalam mengambil keputusan.
Jadi meskipun sebenarnya mungkin ada toko sepatu yang lain yang terletak agak di sebelah belakang dan memiliki harga yang lebih bagus misalkan ya, tapi karena kita melihat toko sepatu yang paling awal itu ada di sisi masuk ya, dekat jalan masuk maka terdapat semacam kecenderungan bahwa kita akan memilih toko itu karena itulah toko sepatu paling awal yang kita temui.
Nah, lantas apa yang bisa kita simpulkan dari pembahasan kita tadi?
Nah, jadi meskipun heuristik tadi itu pada satu titik memiliki sisi positif ya, akan menghemat sumber daya kita, akan menghemat sumber daya otak kita, akan menghemat waktu ya dalam mengambil keputusan untuk hal-hal yang sifatnya berulang, namun ada beberapa hal yang perlu kita waspadai akibat dari resiko ya dengan kita menggunakan heuristik ini.
Jadi yang pertama, hanya karena sesuatu itu berlaku di masa lalu tidak berarti akan berlaku di masa depan.
Nah, jadi kalau kita ambil contoh yang tadi ya, yang pertama tadi misalkan karena hanya karena waktu itu ada kecelakaan pesawat dan hal itulah yang kita baca, kita dengar dan itu adalah informasi terbaru yang kita terima, namun bukan berarti bahwa kemudian pesawat itu menjadi mode transportasi yang tidak aman.
Atau misalkan ketika kita melihat bahwa misalkan teman kita atau keluarga kita itu ketika bepergian jarang memakai helm misalkan, dan kebetulan mereka semuanya selamat, mereka tidak pernah mengalami kecelakaan.
Hanya karena hal itu terjadi pada mereka maka tidak kemudian bahwa selamanya berkendara motor tidak memakai helm itu akan lebih aman.
Jadi suatu hal yang pernah berfungsi, yang pernah berjalan baik begitu ya, yang pernah terjadi sebelumnya itu tidak kemudian di masa sekarang atau di masa depan itu akan terus terjadi dalam hal yang sama.
Nah, kemudian kesimpulan kedua yang bisa kita ambil juga adalah dengan melakukan heuristik yang berlebihan itu maka akan menghambat solusi alternatif dan dalam memunculkan ide baru.
Nah, jadi karena kita sudah terbiasa dengan metode pemecahan masalah yang lama ya, kita melakukan shortcut, jadi kita tidak kita cenderung tidak akan melakukan sebuah analisa ulang gitu ya.
Karena kita sudah terbiasa bahwa ketika A itu harus B maka kita tidak akan memiliki banyak waktu untuk melihat alternatif-alternatif yang lain.
Kita tidak akan punya banyak waktu untuk melihat bahwa ternyata mungkin selain alternatif B itu ada alternatif C atau alternatif D yang lebih baik.
Nah, karena kita sudah nyaman ya dengan shortcut yang kita lakukan maka itu juga cenderung akan menghambat sebuah kreativitas karena kita hanya akan melakukan hal secara sama.
Jadi sebagai contoh misalkan ketika kita merasa sakit kepala katakanlah ya, dan setelah sakit kepala itu kita minum obat dan kemudian sembuh maka kita akan selalu menganggap bahwa solusi untuk sakit kepala itu adalah minum obat.
Pada akhirnya kita menjadi malas ya untuk melihat hal yang lainnya, untuk melihat penyebab yang lainnya karena mungkin saja tidak harus minum obat ya.
Jadi ketika kita merasa sakit kepala mungkin dengan tiduran sebentar atau mungkin dengan minum-minuman rempah tertentu ya, minum jahe misalkan seperti itu, itu ternyata sakit kepala kita bisa sembuh juga.
Nah, tapi karena kita telah menganggap atau melakukan shortcut bahwa sakit kepala itu harus minum obat maka kebiasaan itu akan menjadi tertanam ya dan kita tidak akan melihat solusi alternatif yang lainnya.
Nah, kemudian kesimpulan yang ketiga dari heuristik tadi adalah pola pikir yang seperti ini akan berkontribusi pada stereotip dan prasangka.
Nah, jadi ini kembali kepada kasus yang awal tadi ya, penembakan yang salah alamat tadi.
Nah, jadi stereotip dan prasangka itu sangat mungkin terjadi ya apalagi ketika kita dihadapkan pada perbedaan.
Nah, sebagaimana kita ketahui bahwa manusia itu pasti memiliki perbedaan ya, ada perbedaan ras, ada perbedaan agama, ada perbedaan golongan, ada perbedaan ideologi.
Nah, perbedaan itu biasanya akan pintu masuk ya akan menjadi pintu masuk untuk melakukan stereotip.
Nah, itu ditambah dengan pola pikir kita yang biasanya melakukan shortcut.
Nah, jadi ketika hal itu terjadi maka kebencian yang tidak beralasan, salah sangka, tindakan kekejaman yang salah alamat itu mungkin saja terjadi.
Nah, jadi akhirnya meskipun heuristik tadi itu memiliki manfaatnya sendiri, namun pada satu titik kita juga harus waspada ya, kita harus selalu juga untuk melakukan evaluasi terhadap hal-hal yang sudah biasa kita lakukan.
Shortcut pada satu hal itu perlu, namun kita juga harus menjaga keseimbangan bahwa inovasi atau hal baru atau pemahaman yang baru itu juga diperlukan agar diri kita dan pikiran kita itu selalu bisa berkembang.[]