Apa benar yang dibilang konsisten itu mesti terus setia pada pendapatnya dan ga berubah-ubah lagi? Mesti terus melakukan hal yang sama terus-terusan?
Di peperangan, prajurit tidak akan dihukum biar telah bunuh 100 musuh, tapi bisa diajukan ke pengadilan kejahatan perang gara-gara cuma menyiksa 1-2 tawanan. Apa ini terus tidak konsisten? Toh tawanan ini musuh juga yang bisa jadi sudah banyak membunuh teman-temannya.
Artinya, semuanya itu ada lapangannya, ada tempat-tempat yang memang legal buat bermain sepuasnya. Selama masih di dalam lapangan dipersilahkan menggocek bola kesana kemari mempertontonkan kemahiran. Tapi jangan sekali-kali main diluar lapangan karena bakal ga diitung, malah bisa-bisa kena kartu kuning.
Begitu pula dalam kebebasan berpendapat. Bebas berpendapat, bebas berkomentar jelas dijamin. Mo buka primbon buat dukung argumen silahkan, cuma ya itu tadi, semua ada lapangannya. Kalo sudah ada yang misuh-misuh, emosian, caci maki, bisa kena semprit dan kartu merah. Pemain yang nakal gini patut dikasih peringatan, kalo emang ndableg ya mesti dikeluarkan. Dan ga ada cerita wasit yang ngasih kartu merah terus dibilang ga demokratis.
Makanya, aturan/pedoman/netiket ato apapun itu jadi penting. Ini bisa jadi panduan buat semuanya, buat calon peserta, buat peserta, penonton, wasit, de el el. Jadi wasit ga akan ragu-ragu nyemprit ato keluarin kartu kuning buat pemain yang nakal.
Akhirnya semua orang bisa bermain cantik di dalam lapangan kebebasan berpendapat.[]
Tulisan terkait:
Sumber gambar:http://www.freewebs.com/mischeifboy/soccer.jpg