Video Youtube
Memaafkan penting agar hidup bisa lebih bahagia.
Memaafkan adalah berhenti merasa kesal/benci terhadap seseorang atas perbuatan yang dilakukannya.
Terdapat dua sisi dari memaafkan. Pertama, memaafkan dibutuhkan agar terbebas dari masa lalu dan dari rasa sakit.
Kedua, proses memaafkan merupakan fenomena psikologis yang kompleks, yang melibatkan faktor situasional dan individu.
Lantas bagaimana jika kita tidak bisa memaafkan? Haruskan kita selalu memaafkan? Simak fakta dan informasi lainnya tentang memaafkan.
Klik Tombol Play untuk Mendengarkan
Podcast Syafril Hernendi bisa didengarkan di Apple Podcasts & Spotify
Transkrip Video Podcast
Memaafkan penting agar hidup bisa lebih bahagia.
Nah, dengan memaafkan berarti kita telah sepakat untuk melupakan peristiwa masa lalu yang menjadi beban buat kita.
Dengan memaafkan berarti kita telah setuju untuk melupakan suatu peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi pada diri kita sendiri.
Nah, memaafkan itu juga memiliki dua sisi ya, yaitu memaafkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang lain dan memaafkan diri kita sendiri.
Nah, namun nanti dalam bahasan kita kali ini kita akan lebih banyak membahas tentang memaafkan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh orang lain pada diri kita.
Tidak hanya penting untuk kebahagiaan ya, jadi bahkan nilai-nilai moral kemudian nilai-nilai agama juga memberikan penekanan yang besar ya pada upaya memaafkan.
Karena dengan memaafkan berarti kita telah merelakan, berarti kita telah setuju untuk berpisah dengan kenyataan masa lalu yang itu membebani diri kita.
Nah, namun pada kenyataannya memaafkan tidaklah semudah apa yang mungkin dikira ya.
Jadi meskipun kita bahkan oleh ajaran agama kita sendiri itu diminta untuk selalu bisa memaafkan, namun pada kenyataannya memaafkan itu tidak selalu mudah.
Karena memang proses memaafkan itu nanti akan kita lihat memiliki berbagai macam nuansa yang sangat berbeda begitu ya.
Belum kemudian perbedaan tingkat individu yang membedakan antara orang lain dan yang lainnya sehingga proses memaafkan itu bisa menjadi suatu peristiwa yang kompleks.
Nah, nanti kita akan bahas disini bahwa meskipun memaafkan itu sulit tapi ada beberapa hal-hal yang bisa kita petik nanti ya, mudah-mudahan dari pembahasan kita kali ini tentang proses memaafkan.
Nah, sebelum kita masuk ke dalam pembahasan lebih jauh, kita akan terlebih dahulu memahami tentang apa yang dimaksudkan sebagai memaafkan.
Jadi memaafkan adalah berhenti merasa kesal atau benci terhadap seseorang atas perbuatan yang dilakukannya.
Nah, ini lebih kepada definisi memaafkan orang lain ya, jadi kesalahan yang dilakukan oleh orang lain.
Namun, di kesempatan lain nanti kita akan lihat juga bahwa sebenarnya memaafkan diri sendiri itu juga memiliki arti yang tidak kalah penting ya dibandingkan dengan memaafkan orang lain.
Karena mungkin rasa bersalah yang muncul di masa lalu itu tidak hanya disebabkan oleh orang lain gitu ya atau rasa benci itu tidak hanya disebabkan oleh orang lain tapi mungkin justru yang menyebabkan rasa benci itu adalah diri kita sendiri.
Nah, namun sekali lagi pada pembahasan kali ini kita akan lebih banyak berproses pada proses memaafkan yang di-trigger atau dipicu oleh perbuatan orang lain atas diri kita.
Nah, jadi dari definisi memaafkan tadi kita bisa mengambil kesimpulan bahwa terdapat paling tidak dua sisi ya dalam memaafkan.
Dari sisi yang pertama ya dibutuhkan agar terbebas dari masa lalu dan dari rasa sakit.
Nah, jadi seperti tadi di awal sudah kita sampaikan bahwa memaafkan itu meskipun sulit tetapi jika kita ingin terbebas dari rasa pedih di masa lalu, ketika kita ingin menatap masa depan yang tanpa beban gitu ya, itu mau tidak mau kita harus bisa memaafkan.
Nah, namun di sisi yang lain, memaafkan ini merupakan fenomena psikologi yang kompleks, yang melibatkan faktor situasional dan individu.
Nah, jadi meskipun kita diminta untuk selalu mudah memaafkan tapi tidak semua proses memaafkan itu sama gitu ya.
Karena faktor individu misalkan itu bisa menjadi pembeda.
Jadi individu yang memang pada dasarnya dia lebih mudah untuk melupakan, yang dia easy going katakanlah seperti itu, itu akan cenderung relatif lebih mudah untuk memaafkan.
Tetapi orang yang memiliki kecenderungan neurotisme, katakanlah ya.
Yaitu yang mudah teragitasi tapi dia kemudian juga lama untuk melupakan perasaan agitasi tadi, ketika dia disakiti oleh orang lain itu juga akan relatif menjadi lebih sulit untuk memaafkan.
Jadi meskipun nampaknya memaafkan ini menjadi norma yang umum ya tapi pada kenyataannya nanti itu akan sangat berbeda kondisinya.
Individu seperti tadi sudah disampaikan akan menjadikan sebuah faktor ya bahwa ternyata waktu yang dibutuhkan juga berbeda.
Kemudian juga situasi juga nanti akan membedakan gitu ya.
Kesalahan yang kecil mungkin saja akan lebih mudah dimaafkan.
Tapi kesalahan yang besar akan membuat kita akan lebih sulit memaafkan.
Begitu pula kesalahan pertama kali mungkin juga kita akan cenderung lebih mudah untuk memaklumi ya.
Tapi ketika kesalahan itu dilakukan berulang kali, nah kesalahan yang kesekian itu juga akan lebih sulit untuk nanti untuk dimaafkan.
Nah, kemudian kita akan membahas tentang fakta terkait dengan memaafkan ya, fakta sekaligus mitos ya yang terkait dengan proses memaafkan.
Jadi yang pertama adalah memaafkan memiliki banyak nuansa.
Nah, ini adalah fakta yang pertama.
Jadi bahwa karena memiliki banyak nuansa, jadi mungkin akan sulit untuk memaafkan begitu saja.
Nah, jadi kita tidak bisa begitu saja menggeneralisir ya, proses yang harus dilalui ketika kita akan memaafkan.
Karena mungkin seperti tadi sudah disebutkan, untuk hal-hal yang sifatnya sepele kita akan lebih mudah untuk melupakan tetapi untuk hal-hal yang sifatnya besar atau berulang, nah kita juga akan lebih sulit begitu ya.
Kemudian juga, bisa jadi juga perasaan menerima atau berusaha melupakan ketidaknyamanan masa lalu tadi ya, itu juga bisa jadi berfluktuasi.
Jadi pada suatu titik kita merasa kita sudah bisa memaafkan tetapi ketika hari berganti ternyata ketika kita mengingat kembali suatu peristiwa di masa lalu kita menjadi muncul kembali amarah yang sebenarnya sudah mulai reda ya dan akhirnya kita menjadi tidak lebih mudah untuk memaafkan gitu.
Padahal sebenarnya pada hari-hari sebelumnya kita sudah mulai melupakan dan mulai
memaafkan.
Nah, jadi disini terdapat banyak nuansa.
Jadi tidak bisa begitu saja kita meminta bahwa ke orang lain, ya sudah lupakan saja dong peristiwa yang kemarin kalau kamu ingin hidup bahagia gitu kan ya.
Jadi mungkin nasihat yang nampaknya bagus tadi belum tentu tepat ya dengan situasi orang yang bersangkutan.
Karena kita sendiri juga mungkin mengalami sendiri ya bahwa ada hal-hal yang lebih mudah untuk dilupakan tetapi ada suatu hal yang lebih sulit ya untuk kita bisa melupakannya begitu saja.
Nah, kemudian juga memaafkan tergantung pada individu.
Nah, jadi tidak ada yang bisa ya untuk memaksa seseorang atau memaksa kita untuk memaafkan apalagi dengan memberikan target waktu untuk memaafkan.
Jadi ini bukan proses yang linear ya, bukan proses yang hitam putih, bukan proses yang bisa otomatis begitu saja.
Jadi ketika kita mendapatkan suatu peristiwa yang tidak menyenangkan kemudian kita mendengar nasihat untuk memaafkan kemudian kita begitu saja bisa setelah mendengarkan nasihat itu kemudian langsung memaafkan begitu saja.
Jadi proses memaafkan itu bukan seperti menekan tombol saklar listrik ya yang bisa on off dengan mudah.
Nah, jadi itu juga menjadi semacam peringatan buat kita ya.
Jadi ketika kita memberikan masukan kepada teman kita yang sedang tersakiti misalkan gitu ya, jangan pernah misalkan justru malah memberikan mereka tenggat waktu untuk segera memaafkan karena semua proses itu tergantung pada individu.
Individu yang berbeda mungkin memiliki tingkat toleransi yang berbeda gitu ya.
Ada individu yang mudah melupakan tapi ada juga individu yang dia akan selalu mengenang ya kejadian tidak menyenangkan itu, dia selalu meng-keep ya perasaan tidak enak itu sehingga dia akan menjadi lebih sulit untuk melepaskan begitu saja.
Nah, kemudian juga fakta yang berikutnya adalah memaafkan tidak berarti memaafkan perilaku.
Nah, jadi kita bisa memaafkan apa yang sudah mereka lakukan ya kepada kita.
Tetapi sebuah perilaku tidak menyenangkan itu bukan berarti kita mentoleransinya gitu ya.
Jadi bukan berarti ketika kita memaafkan suatu peristiwa, di masa depan kita akan rela untuk menerima perlakuan yang sama.
Nah, jadi memaafkan, karena memaafkan lebih tentang melepaskan harapan bahwa masa lalu bisa berbeda.
Jadi ketika kita sebenarnya berharap ya bahwa orang itu tidak melakukan suatu hal yang merugikan kepada kita ternyata orang itu tetap melakukan suatu hal yang menyakiti kita.
Nah, kita kan sebenarnya berharap ya pada orang itu untuk dia bisa berlaku baik pada kita tapi ternyata dia berlaku buruk.
Nah, perlakuan buruk itulah yang kemudian kita lupakan atau kita maafkan.
Harapan kita bahwa orang itu berlaku baik tapi ternyata dia tidak melakukannya itulah yang kita coba untuk melepaskannya, untuk melupakannya.
Nah, tapi secara obyektif perilaku dia yang tidak menyenangkan tadi itu tidak akan pernah kita tolerir gitu ya.
Jadi kita juga dalam proses itu kalau memungkinkan ya, kita mengajukan semacam pernyataan ya kepada orang tersebut bahwa sebenarnya aku memaafkan kamu tapi aku tidak menyukai apa yang kamu lakukan dan kedepannya aku sangat berharap kamu tidak mengulanginya lagi.
Nah, kemudian yang berikutnya adalah ketika misalkan perbuatan yang dilakukan orang lain kepada kita itu begitu sangat intens ya atau begitu sangat keji misalkan atau begitu sangat kejam maka pada akhirnya kita sendiri tidak memiliki kewajiban untuk memaafkan.
Karena beberapa perbuatan yang sangat parah itu tidak mungkin untuk dimaafkan.
Jadi di dalam contoh yang global misalkan ya, jadi perilaku seperti genosida atau penghapusan sebuah etnis tertentu gitu ya, jadi secara sistematis melakukan pembunuhan terhadap suatu kelompok manusia yang lain itu merupakan salah satu perbuatan keji yang mungkin orang-orang yang mengalaminya itu tidak akan pernah bisa memaafkan perlakuan yang mereka terima begitu ya.
Nah, dalam level individu mungkin juga akan seperti itu.
Jadi pada suatu titik mungkin kita menerima suatu perlakuan yang kita anggap sudah melampaui batas terlalu jauh begitu ya, atau terlalu keji, atau terlalu tidak manusiawi, misalkan.
Nah, pada satu titik seperti itu sebenarnya memang tidak akan ada sebuah, tidak ada semacam kewajiban untuk memaafkan.
Karena justru ketika kita berusaha untuk memaafkan padahal kita tidak siap untuk memaafkan, nah justru malah kemudian nanti alih-alih rasa lega, alih-alih rasa bahagia justru malah justru rasa bersalah lah yang akan kita alami begitu ya.
Kita sudah menderita karena perbuatan tidak menyenangkan tadi kemudian itu ditambahi dengan perasaan bersalah karena kita merasakan diri kita sebagai orang yang tidak baik ya.
Kita mencela diri kita karena kita menjadi manusia yang tidak bisa memaafkan.
Nah, agar kita tidak menjadi korban yang kedua begitu ya dari rasa bersalah kita maka memang pada kasus-kasus tertentu kita harus pahami bahwa memang jika tidak siap untuk memaafkan atau tidak harus memaafkan maka kita memang tidak harus ya untuk melakukan hal tersebut.
Nah, lantas berikutnya agar kita lebih mudah untuk membedakan ya.
Jadi kan tadi ada perbuatan yang mungkin itu akan lebih mudah untuk dimaafkan.
Tapi ada juga perbuatan yang secara ekstrim tadi akan amat sulit untuk dimaafkan.
Nah, jadi apa saja sebenarnya perbuatan yang mudah dimaafkan?
Jadi ciri-ciri perbuatan apa yang biasanya itu mudah dimaafkan?
Yang ini menjadi masukan buat kita ya ketika perbuatan tidak menyenangkan itu masuk dalam kategori ini mungkin memang ada baiknya kita tetap berusaha untuk bisa memaafkan.
Karena tadi seperti sudah disampaikan, memaafkan itu pada ujungnya ya meskipun sulit sebenarnya akan menguntungkan diri kita sendiri, akan membuat kita lega, akan membuat hidup kita lebih bahagia.
Nah, jadi ciri pertama yang membuat bahwa suatu perbuatan itu mudah dimaafkan adalah ketika pelaku menyesali dan tidak akan mengulanginya lagi.
Jadi meskipun mungkin perlakuan orang lain itu cukup serius misalkan ya, tapi ketika dia mengaku menyesal, menunjukkan penyesalan yang tulus dan kemudian juga dibuktikan dengan kelakuan atau perbuatan ya bahwa dia secara bersungguh-sungguh tidak mengulanginya lagi maka ini menjadi sebuah pintu masuk ya bahwa sebenarnya mungkin kita memiliki semacam kemampuan untuk memaafkan, kita memiliki semacam, dia layak begitu ya untuk mendapatkan maaf dari kita.
Nah, kemudian yang kedua adalah perbuatan yang mudah dimaafkan adalah ketika pelaku tidak sadar perbuatannya telah menyakiti.
Nah, ini juga kadang-kadang terjadi juga ya.
Jadi karena ketidakpekaan orang tersebut, ketika dia tidak bisa membaca situasi, jadi dia melakukan suatu hal yang pada ujungnya justru malah menyinggung perasaan kita.
Nah, ketika memang kita bisa memverifikasi ya atau kita meyakini bahwa orang tersebut melakukan perbuatannya tanpa sengaja, disebabkan oleh kekhilafannya atau memang karena dia tidak memiliki kepekaan yang cukup, mungkin itu menjadi sebuah pintu masuk bahwa mungkin saja kita bisa saja memaafkan perbuatan orang tersebut.
Nah, kemudian berikutnya adalah ketika tadi adalah perbuatan yang lebih mudah untuk dimaafkan, lantas apa perbuatan-perbuatan yang mungkin akan lebih sulit untuk dimaafkan?
Jadi perbuatan yang sulit dimaafkan itu adalah ketika pelaku mendapatkan kepuasan saat melakukan perbuatannya.
Nah, pada sisi yang ekstrim mungkin ini yang dilakukan oleh para psikopat kali ya.
Jadi ketika beberapa orang yang melakukan kejahatan yang keji ya, melakukan pembunuhan berantai dan seterusnya itu kadang-kadang mereka digerakkan oleh motif mendapatkan kepuasan.
Jadi dia tidak tertarik dengan harta benda korban, dia tidak tertarik dengan suatu hal yang terkait dengan korban ya bahkan dia tidak mengenal korban, tetapi dia mendapatkan semata-mata kepuasan ya untuk melakukan kekejian gitu ya dan itu membuat dia merasa memiliki power.
Dia merasa memiliki kuasa ya dan dia mendapatkan kepuasan yang besar dengan perbuatannya itu.
Nah, ketika kita melihat bahwa ada orang-orang yang menyakiti orang lain itu murni karena dia merasa puas dengan perbuatannya, nah mungkin di sinilah kita tidak perlu lagi bersusah payah ya untuk berusaha bahkan memaafkan perbuatan orang tersebut.
Nah, jadi akhirnya seperti tadi sudah disampaikan bahwa memaafkan itu tetap akan menjadi sebuah nilai yang baik ya, akan tetap menjadi suatu hal yang dianjurkan.
Jadi meskipun memaafkan itu sulit, tapi bukan berarti kita tidak akan berusaha memaafkan.
Tetap pada akhirnya ketika kita bisa memaafkan itu kita seperti akan meletakkan beban besar di punggung kita.
Sehingga alih-alih kita membawa beban di punggung kita untuk menuju masa depan kita letakkan beban itu sehingga kita bisa melangkah lebih ringan.
Nah, namun dari pembahasan tadi kita juga bisa memahami bahwa memaafkan itu memiliki nuansa.
Jadi mungkin kita butuh waktu.
Jadi itu pun akan membuat kita ketika kita berbicara dengan orang lain, ketika kita berdiskusi dengan orang lain, ketika kita memberikan masukan kepada teman kita, kita bisa lebih berempati begitu ya bahwa meskipun memaafkan itu penting tetapi mungkin orang itu butuh waktu.
Nah, jadi dengan kita bisa membedakan hal tersebut ya, memisahkan mana fakta mana mitos tentang memaafkan, mudah-mudahan pada akhirnya ketika pun kita memilih memaafkan, kita akan mendapatkan hidup yang lebih ringan.
Tetapi pun ketika kita mengambil keputusan untuk tidak memaafkan, kita telah memahami bahwa memang perbuatan-perbuatan mereka itu tidak layak untuk mendapatkan kata maaf dari kita.[]