Video Youtube
Untuk meraih sesuatu, diperlukan kemauan dan disiplin diri.
Kemauan merupakan dorongan untuk memulai sesuatu, sedangkan disiplin adalah nilai positif yang diperlukan agar kita memiliki stamina untuk terus melanjutkan.
Berapa kali kita mulai melakukan sesuatu kemudian berhenti setelah beberapa saat?
Itu adalah pertanyaan yang bisa diajukan untuk menilai sejauh mana kita memiliki disiplin.
Terlalu sering meninggalkan sesuatu dan tidak menyelesaikan akan membuat kita mencapai hal terbatas dalam hidup.
Itu sebab, disiplin merupakan salah satu syarat terpenting untuk meraih kesuksesan.
Klik Tombol Play untuk Mendengarkan
Podcast Syafril Hernendi bisa didengarkan di Apple Podcasts & Spotify
Transkrip Video Podcast
Untuk meraih sesuatu diperlukan kemauan dan disiplin diri.
Nah, jadi dua hal ini harus ada ya.
Karena kemauan dan disiplin diri itu merupakan kombinasi yang kita perlukan untukn mencapai sebuah tujuan.
Nah, jadi kemauan itu biasanya dikaitkan dengan kemampuan kita untuk memulai sesuatu.
Nah, kemudian disiplin itu akan lebih diidentikkan dengan vitalitas atau energi kita untuk terus mencoba melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencapai tujuan kita.
Nah, memulai sesuatu itu satu hal ya.
Dan itu juga cukup penting sebenarnya karena tidak semua orang juga akhirnya memulai apa yang dia inginkan ya.
Banyak orang yang akhirnya selalu merasa ragu-ragu atau merasa khawatir dan tidak pernah memulai apa yang dia ingin capai.
Nah, tapi pada tahap lanjut, kemauan saja tidak akan cukup karena orang itu memerlukan disiplin, memerlukan konsistensi ya untuk kemudian menjalani proses-proses dalam mencapai tujuan.
Karena tidak ada tujuan yang bisa dicapai instan, hanya kita memulai kemudian dalam waktu yang amat singkat kemudian kita sampai pada tujuan yang kita inginkan.
Biasanya kesuksesan, tujuan, cita-cita itu membutuhkan proses ya.
Membutuhkan proses yang panjang, membutuhkan waktu yang panjang, membutuhkan upaya, membutuhkan effort yang besar sehingga di situlah biasanya diperlukan disiplin diri atau vitalitas dan kemauan untuk selalu konsisten melakukan apa yang diperlukan ya untuk mencapai tujuan kita.
Nah, ini ada sebuah pertanyaan ya yang akan sangat relevan untuk ditanyakan kepada kita semua.
Nah, jadi berapa kali kita mulai melakukan sesuatu kemudian berhenti setelah beberapa saat?
Nah, jadi saya kira semua orang pernah mengalami hal ini ya.
Bahkan saya sendiri juga beberapa kali mengalami hal yang serupa.
Nah, jadi ketika kita memulai tapi kemudian tanpa kemudian menekuninya dalam waktu lama kemudian kita berhenti setelah beberapa saat.
Nah, sebenarnya ini wajar juga ya karena memang tidak semua yang kita mulai itu merupakan suatu hal yang penting.
Mungkin pada saat itu kita hanya ingin melakukan percobaan atau itu hanya sekedar upaya untuk mengisi waktu luang ya, jadi bukan suatu hal-hal yang sifatnya mendasar.
Nah, jadi ketika itu tidak sering terjadi, ketika itu hanya sesekali terjadi, apalagi ketika itu hanya terkait dengan hal-hal yang tidak terlalu fundamental maka kemungkinan besar itu tidak menjadi masalah.
Hal ini menjadi masalah ketika kita sering, ternyata setelah kita periksa kembali ya diri kita, ternyata kita sering mengalami hal tersebut yaitu memulai, kita bisa memulai kita mampu memulai tetapi kita tidak memiliki vitalitas, tidak memiliki energi ya untuk terus melanjutkan sampai akhir.
Nah, jika ini sering terjadi apalagi ini terkait dengan hal-hal yang kita anggap penting ya, hal-hal yang terkait dengan tujuan hidup kita maka ini bisa menjadi sebuah tanda bahaya.
Karena jika kita sering memulai tapi kita tidak menyelesaikannya ya itu pada akhirnya kita tidak akan mencapai banyak hal dalam hidup kita.
Mungkin akan banyak tujuan hidup kita, akan banyak cita-cita kita yang kemudian tidak akan tercapai.
Dan kita ketika kita mengalami kegagalan dalam mencapai sesuatu itu juga biasanya akan berefek pada terkorbankannya rasa percaya diri kita.
Jadi lama-lama kita akan menjadi tidak percaya diri bahkan kemungkinan besar juga bisa terjerumus dalam kondisi depresi.
Nah, kemudian pertanyaannya adalah mengapa setiap orang memiliki pencapaian yang berbeda?
Nah, terkait dengan yang tadi ya, karena sebenarnya kan setiap orang itu memiliki modal yang sama.
Setidaknya modal waktunya sama ya.
Setiap orang memiliki waktu 24 jam, memiliki tujuh hari dalam seminggu dan seterusnya.
Tetapi mengapa pencapaian itu bisa berbeda-beda?
Mungkin faktornya macam-macam ya, karena latar belakang pendidikan mungkin, atau latar belakang ekonomi dan seterusnya itu akan memberikan efek juga.
Nah, tetapi ketika kita asumsikan bahwa beberapa orang tadi itu memiliki modal yang sama tapi tetap saja kita akan melihat bahwa satu orang itu bisa mencapai lebih banyak daripada yang lain.
Nah jadi salah satu sebab yang mungkin akan membedakan itu adalah apa yang dinamakan sebagai disiplin, yang menjadi pokok bahasan kita kali ini ya.
Jadi orang yang disiplin itu berarti dia mampu untuk memulai dan kemudian memiliki kemampuan untuk juga menyelesaikan.
Dia tidak mudah terdistraksi, dia tidak mudah teralihkan dalam melakukan apapun yang diperlukan ya untuk mencapai tujuannya.
Nah, jadi sebagai contoh misalnya saja ada orang yang secara fisik misalkan, dia nampak fit ya.
Berarti orang yang fit ini dia rajin melakukan olahraga, dia tidak pernah banyak absen ya, dia cukup konsisten untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya.
Nah, tapi kemudian juga selain dia nampak memiliki fisik yang fit, ternyata dalam bidang pekerjaan dia juga excellent ya.
Dia bisa menyelesaikan banyak hal, tugas-tugas sulit, tugas-tugas yang mungkin bertumpuk ya, itu dia bisa selesaikan dengan baik.
Beda dengan beberapa temannya yang mungkin mengalami kesulitan dalam memanage waktunya.
Nah, namun bahkan orang yang tadi sudah memiliki tubuh yang fit, sudah bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik bahkan kita ketahui bahwa di sore harinya, sore harinya setelah dia pulang kantor misalkan, ternyata dia masih mengikuti kelas online untuk meng-upgrade dirinya.
Dia masih mau belajar hal-hal baru atau mencari sertifikasi sertifikasi baru untuk meningkatkan kompetensinya.
Nah, jadi kita lihat orang ini begitu bisa mencapai banyak hal dalam hidupnya.
Nah, ini berbeda dengan beberapa temannya yang lain misalkan, yang pencapaiannya mungkin pun tidak buruk tapi nampak biasa-biasa saja.
Nah, lantas apa yang akan membedakannya?
Nah, salah satu yang membedakan itu dengan tadi ya, asumsinya bahwa mereka dari kantor sama, mereka memiliki status karyawan yang sama, jadi background-nya sama, modalnya sama tetapi yang membedakan pencapaian orang yang satu dengan yang lain akan kita lihat nanti bahwa itu antara lain disebabkan oleh disiplin yang lebih tinggi ya, disiplin yang lebih besar yang dimiliki oleh orang yang memiliki pencapaian lebih banyak tadi.
Nah, akhirnya adalah apa itu yang dimaksudkan sebagai disiplin?
Nah, jadi nanti kita akan bahas ada setidaknya tiga definisi disiplin ya yang itu sebenarnya saling berkaitan.
Nah, jadi disiplin yang pertama diartikan sebagai mampu memilih untuk melakukan yang seharusnya dilakukan daripada yang ingin dilakukan.
Nah, jadi ada beberapa kata kunci di sini ya yaitu memilih.
Nah, jadi sebenarnya disiplin itu bukan karena suatu ritual tertentu, bukan karena suatu kemampuan tertentu yang khusus ya.
Pada dasarnya disiplin itu sebenarnya hanya kemampuan kita untuk memilih.
Nah, memilih apa? Memilih melakukan hal yang seharusnya dilakukan daripada yang ingin dilakukan.
Nah, jadi ketika tadi misalkan ya, kita memiliki suatu tujuan, tujuan itu memerlukan proses-proses yang yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Nah, orang yang disiplin dia memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang diperlukan.
Alih-alih melakukan apa yang ingin dilakukan.
Karena kita ambil contoh misalkan orang yang ingin menjaga tubuhnya tetap fit.
Agar tujuan itu tercapai dia setidaknya tiap hari harus meluangkan waktu untuk melakukan olahraga.
Dua puluh menit, tiga puluh menit, berapa pun waktu yang dia canangkan gitu ya.
Nah, orang yang disiplin itu dia akan secara rutin melakukan latihan fisik tadi meskipun sebenarnya pada waktu itu dia merasa malas, merasa sedang tidak mood gitu ya.
Dan sebenarnya dia daripada berolahraga dia lebih memilih untuk misalkan hanya sekedar nonton TV atau sekedar bersantai saja.
Nah, orang yang memiliki disiplin dia akan memiliki kemampuan untuk memilih ya, memilih hal-hal yang seharusnya dilakukan daripada yang ingin dilakukan.
Kemudian yang kedua ya, disiplin juga bisa diartikan sebagai memiliki inisiatif untuk memulai sekaligus stamina untuk melanjutkan.
Nah, jadi ini hanya semacam penegasan ya dari yang sudah beberapa kali tadi kita singgung bahwa memulai itu merupakan satu hal, tetapi stamina untuk melanjutkan itu merupakan hal yang lainnya.
Jadi meskipun memulai itu sudah merupakan suatu hal yang positif ya, karena tadi sudah kita sampaikan banyak orang yang bahkan tidak berani memulai karena dia merasa takut, merasa khawatir atau kekurangan rasa percaya diri.
Tetapi jika kita ingin mencapai tujuan yang jelas, itu inisiatif untuk memulai itu tidak cukup, tapi kita juga harus memiliki stamina untuk terus melanjutkan.
Jadi tujuan itu bisa kita ibaratkan sebagai lomba lari jarak jauh ya.
Jadi bukan hanya sekedar lomba sprint yang bisa kita selesaikan dalam jangka waktu yang singkat.
Nah, jadi semakin sulit atau semakin tinggi tujuan kita biasanya kita akan membutuhkan lebih banyak waktu dan lebih banyak proses.
Jadi kalau kita ibaratkan lomba lari jadi mungkin itu adalah lari maraton.
Jadi tidak hanya lari sepuluh ribu meter tapi lari maraton.
Nah, orang yang bisa menyelesaikan lari maraton itu berarti dia memiliki stamina yang kuat atau stamina yang besar ya untuk selalu melanjutkan, untuk selalu menjalani setiap prosesnya, untuk menahankan penderitaan atau rasa nyeri atau rasa sakit bahkan kegagalan.
Nah, kemudian makna disiplin yang ketiga adalah mampu melupakan kepuasan saat ini untuk meraih yang lebih baik di masa depan.
Nah, jadi sebenarnya ini juga terkait ya karena tadi kembali kepada contoh ketika kita ingin memiliki tubuh yang selalu fit bahwa memiliki tubuh yang fit itu membutuhkan proses yang panjang.
Jadi mungkin kita akan merasakan manfaat dari tubuh yang fit ini dalam waktu tiga bulan, lima bulan atau bahkan mungkin beberapa tahun kemudian gitu ya.
Nah, ini adalah kepuasan yang letaknya jauh di depan, yang kita tidak bisa bayangkan itu terjadi dalam waktu singkat ya dan kita mungkin belum bisa meraba sebenarnya manfaat ini akan sebesar apa.
Nah, tapi orang yang memiliki disiplin yang tinggi dia bisa melupakan kepuasan saat ini ya.
Karena kita malas tadi berolahraga kita lebih memilih makan, kita lebih memilih nonton TV, kita lebih memilih main game, itu berarti kan kepuasan saat ini ya, untuk mencari, untuk meraih kepuasan di masa depan yang itu masih jauh dan belum nampak secara nyata bentuknya gitu ya.
Nah, tapi karena dia yakin bahwa tujuan yang dia inginkan ini memiliki arti yang penting ya, memiliki nilai yang besar maka dia mau untuk melupakan kepuasan sekarang ya dan kemudian dia beranjak, dia berkeringat, dia mungkin merasa nyeri atau merasa letih gitu ya, untuk mendapatkan hasil yang baik di masa depan dalam hal ini adalah kondisi kesehatan yang selalu terjaga untuk jangka panjang.
Nah, jadi terkait dengan disiplin ini ada percobaan menarik ya yang dinamakan sebagai percobaan marshmallow.
Nah, jadi percobaan ini dilakukan pada anak-anak kecil ya, mungkin berusia di bawah sepuluh tahun.
Nah, jadi percobaan ini melibatkan marshmallow.
Jadi marshmallow itu semacam makanan kecil mungkin ya, makanan kecil yang anak-anak kecil itu banyak suka, banyak suka untuk makan marshmallow.
Nah, jadi anak kecil yang dilibatkan dalam percobaan ini dimasukkan dalam sebuah ruangan.
Nah, ketika di ruangan itu ada satu orang peneliti yang datang kemudian menawarkan satu buah marshmallow.
Nah, si peneliti ini bilang ke anak tersebut.
Kalau kamu makan marshmallow, satu buah marshmallow ini boleh kamu makan sekarang juga ya, tetapi kalau kamu mau menunggu saya beberapa menit kamu akan mendapatkan dua buah marshmallow.
Jadi di depannya ada piring berisi satu buah marshmallow.
Anak ini diberikan pilihan kamu bisa makan sekarang atau kalau kamu mau menunggu sebentar karena saya akan keluar ruangan sebentar ya kata si peneliti, dalam beberapa menit ketika kamu bersabar untuk menunggu, ketika saya kembali saya akan memberikan kamu dua marshmallow.
Jadi bukan satu.
Nah, ketika itu dilakukan pada berbagai anak ya pada beberapa orang anak ternyata responnya bermacam-macam.
Ada yang ketika peneliti keluar si anak langsung makan marshmallow-nya.
Jadi dia tidak ingin menunggu lama ya, dia ingin segera memakan marshmallow yang sudah tersaji di depannya.
Tapi ada juga anak yang menunggu beberapa saat tapi kemudian merasa tidak sabar ya.
Dia melihat marshmallow-nya, dia mungkin sedang menimbang ya, apakah makan sekarang atau nanti.
Namun akhirnya godaan aroma marshmallow itu tidak bisa dia cegah ya.
Jadi akhirnya walaupun hanya menunggu beberapa menit sebelum peneliti datang dia sudah memutuskan untuk makan marshmallow-nya.
Tapi ada juga beberapa anak yang ternyata bisa menahan godaan itu.
Dia bisa bersabar sampai peneliti kemudian masuk kembali dan marshmallow itu masih belum dia makan karena dia mengharapkan dua buah marshmallow yang akan dia dapatkan ketika dia bersabar.
Dan memang si peneliti menepati janjinya ya, dia memberikan dua buah marshmallow ketika dia kembali ke dalam ruangan itu.
Jadi apa yang bisa diambil kesimpulan dari penelitian ini?
Nah, jadi penelitian ini merupakan sebuah simulasi ya bahwa memang akhirnya tidak banyak orang yang bisa menunda kesenangannya dan lebih mengutamakan kesenangan pada masa ini.
Jadi anak-anak itu menjadi sebuah contoh.
Jadi tidak semua itu mau mendapatkan dua buah marshmallow karena mereka tidak sanggup untuk menunda kesenangan saat ini.
Meskipun kesenangan saat ini sebenarnya tidak banyak ya, hanya satu buah marshmallow.
Padahal kalau dia mau menunggu lima menit atau beberapa menit dia akan mendapatkan dua buah.
Ini menjadi sebuah contoh bahwa pada dasarnya kita sebagai manusia itu memiliki kecenderungan dasar untuk ingin mendapatkan instant gratification atau hadiah yang pada saat ini juga gitu ya.
Kita sebenarnya cenderung untuk kesulitan untuk melakukan proses pengendalian diri ya, menahan keinginan untuk mendapatkan kepuasan sekarang dan menundanya ke masa depan.
Nah, padahal dalam proses disiplin, dalam proses pencapaian tujuan, salah satu kunci paling utama yang kita harus kita miliki adalah kemampuan kita untuk menunda instant gratification untuk mendapatkan reward yang lebih besar di masa depan.
Nah, jadi memang akan sulit karena itu menjadi sebuah kecenderungan dasar kita sebagai manusia.
Dan para peneliti juga kemudian melihat bahwa anak-anak yang ternyata bisa menahan dirinya ya, dia bisa tidak memakan marshmallow itu dan kemudian memilih untuk menunggu peneliti datang, itu di kemudian hari ternyata mereka juga relatif lebih berhasil.
Nah, mungkin ini juga terkait tadi ya dengan proses disiplin tadi.
Jadi akhirnya hal-hal kecil ini akan terbawa hingga dia menjadi dewasa, terbawa ketika dia harus meraih tujuan-tujuan hidup yang lebih penting, tidak hanya sekedar menunggu marshmallow yang lebih banyak begitu ya.
Nah, itu yang pertama ya.
Jadi kesimpulan yang berikutnya adalah bahwa ternyata memang proses disiplin itu bukan suatu hal yang sifatnya bakat ya atau suatu hal yang bawaan dan tidak bisa dirubah.
Artinya di sini kita bisa simpulkan bahwa orang tua atau pola asuh itu bisa memupuk ya, bisa ikut turut menumbuhkan rasa disiplin pada anak.
Nah, jadi orang tua yang selalu memberikan apapun yang diminta anak pada saat itu juga itu akan cenderung membuat anak itu tidak akan bisa menolak instant gratification.
Dia akan kesulitan untuk menunda kesenangan ya demi kepentingan yang lebih besar.
Tetapi orang tua yang mencoba untuk mengendalikan keinginan anak ya, misalkan ketika seorang anak meminta suatu hal tapi orang tua ini tidak langsung memberikan tapi memberikan semacam prasyarat, misalkan ya, oke kamu boleh mendapatkan suatu barang tetapi setelah kamu menyelesaikan semester ini, misalkan.
Atau kamu boleh mendapatkan mainan baru setelah nanti lebaran, misalkan.
Nah, hal-hal kecil seperti ini ya ini akan melatih seorang anak bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu dia harus bersabar, untuk mendapatkan sesuatu itu dia harus melakukan suatu sebuah upaya ya, sebuah kerja, sebuah proses sehingga ini akan menumbuhkan semacam sikap yang baik ya kepada seorang anak yang akan terbawa sampai ke masa depan dia, bahwa memang suatu tujuan hidup, suatu cita-cita itu pada awalnya memang tidak akan mudah untuk dicapai tetapi ketika kita mau menunggu atau kita mau menunda kesenangan pada masa sekarang itu kita akan mendapatkan sebuah hasil yang lebih besar yang lebih manis di masa depan gitu ya.
Nah, jadi itulah setidaknya dua hal yang bisa kita ambil kesimpulan dari percobaan marshmallow itu bahwa memang ternyata sifat dasar manusia itu susah ya untuk menolak kepuasan pada saat ini dan yang kedua bahwa sikap disiplin itu biasanya juga bisa diterapkan kepada anak melalui pola asuh orang tuanya.
Nah, kemudian ini juga patut untuk mendapatkan garis bawah ya bahwa dari berbagai macam hal yang mungkin bisa merusak kedisiplinan ya, suatu hal yang menjadi isu kita di masa modern ini, di masa yang teknologi tinggi ini ya, di masa era informasi ini adalah musuh disiplin merupakan gangguan atau distractions.
Jadi sebenarnya musuh disiplin itu selain tadi ya hal-hal yang sifatnya internal dari diri kita, itu juga ada faktor eksternal yang ketika jaman semakin maju itu justru akan menjadi lebih besar tantangannya.
Suatu hal yang mungkin pada masa-masa sebelum ini itu tidak akan sebesar ini tantangan yang kita hadapi.
Nah, jadi tadi sudah disampaikan bahwa musuh disiplin terbesar itu adalah distraction atau gangguan.
Jadi karena kita mudah ter-distract, kita mudah terganggu maka kita akan kesulitan untuk selalu konsisten dalam menekuni apa pun yang kita ingin capai.
Nah, apa macam-macam distraction yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat?
Nah, salah satunya adalah sosial media, salah satunya adalah internet begitu ya, atau aplikasi-aplikasi di handphone atau games-games yang sekarang semakin mudah kita dapatkan.
Nah, jadi apakah itu sosial media, apakah itu games, apakah itu internet itu bisa menjadi semacam musuh dari disiplin.
Karena betapa mudah sekarang kita teralihkan ya.
Mungkin jaman dahulu ketika orang itu masih menggunakan mesin ketik katakanlah ya, ketika dia bekerja di kantor dia tidak akan memiliki kecenderungan untuk mengecek HP-nya setiap sepuluh menit, misalkan.
Atau ketika dia browsing kemudian alih-alih mengerjakan apa yang menjadi tugasnya malah membuka situs-situs berita, misalkan.
Nah, hal yang dulu tidak ada itu sekarang menjadi semacam tantangan kita.
Nah, jadi meskipun hal yang lain sama, tapi faktor eksternal ini patut kita jadikan sebuah catatan ya bahwa meskipun teknologi itu membawa begitu banyak manfaat tetapi dia semacam pedang bermata dua ya.
Jadi pada satu sisi dia memberikan manfaat yang besar tapi pada satu sisi yang lain dia mendatangkan distraction yang besar sehingga akan menyulitkan kita untuk mencapai tujuan kita, akan menyulitkan kita untuk mendisiplinkan diri.[]