Video Youtube
Motivasi menjadi alasan kita melakukan sesuatu. Mis: mengambil tindakan, bekerja, meraih tujuan, dll.
Terdapat dua jenis motivasi: intrinsik (motivasi internal) dan motivasi ekstrinsik (motivasi eksternal).
Motivasi intrinsik mendorong kita melakukan sesuatu karena memuaskan secara internal, tanpa harus ada imbalan atau pengakuan.
Motivasi ekstrinsik didorong oleh faktor eksternal, seperti uang, pengakuan, atau promosi.
Dalam hal menemukan dorongan abadi untuk “melakukan sesuatu”, dorongan internal jauh lebih kuat daripada penghargaan ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah prediktor kinerja yang lebih kuat dalam jangka panjang daripada ekstrinsik.
Mengapa? Simak podcastnya.
Klik Tombol Play untuk Mendengarkan
Podcast Syafril Hernendi bisa didengarkan di Apple Podcasts & Spotify
Transkrip Video Podcast
Bagaimana mengetahui kapan harus menyerah?
Nah, ini semacam pertanyaan yang tidak lazim ya.
Jadi ketika kita itu biasanya dianjurkan agar tekun, agar tidak mudah menyerah untuk mencapai sesuatu, namun nanti di sini akan kita bahas bahwa pada kondisi tertentu, menyerah atau berhenti itu mungkin menjadi pilihan yang lebih baik, alih-alih kita terus melanjutkan.
Nah, mengapa ketekunan dan pantang menyerah itu menjadi nilai yang utama?
Karena memang terdapat banyak cerita tentang ketekunan dan pantang menyerah.
Dan cerita ini tetap memiliki kebenaran ya karena pada umumnya, pada norma-norma yang umum, itu jika kita mudah menyerah, jika kita baru mencoba kemudian tidak mau melanjutkan, jika kita baru sekali gagal kemudian mundur, itu kita tidak akan banyak mencapai hal dalam hidup ini.
Nah, itu sebab biasanya etos tentang ketekunan dan pantang menyerah itu menjadi suatu nilai yang sering disampaikan agar kita bisa mencapai kesuksesan.
Nah, sebagai contoh misalkan Thomas Edison itu dikatakan mencoba ribuan kali sebelum akhirnya menemukan bola lampu.
Nah, jadi contoh dari Edison ini termasuk jadi contoh yang cukup populer ya.
Jadi dikisahkan bahwa dia itu harus melakukan hampir seribu kali percobaan sebelum akhirnya dia menemukan bola lampu.
Nah, bayangkan saja ketika Edison ini menyerah pada percobaan kelima ratus, misalkan.
Mungkin penemuan bola lampu itu tidak akan pernah disematkan atas namanya.
Nah, jadi bagaimana seorang Edison itu mau terus berusaha meskipun tidak pernah berhasil ya, setelah ratusan kali mencoba itu menjadi semacam pelajaran buat kita untuk tidak mudah menyerah ya.
Apalagi ketika kita baru mencoba beberapa kali percobaan.
Karena Edison saja mencoba hingga ribuan kali.
Kemudian kita juga mendengar cerita tentang Colonel Sanders yang menawarkan resepnya ke banyak restoran sebelum membuka KFC.
Jadi Sanders ini juga hampir mirip ya dengan Edison.
Dia memiliki resep ayam goreng, dia coba tawarkan ke banyak restoran tapi ternyata tidak ada satupun restoran yang tertarik.
Nah, setelah dia menawarkan dan gagal tapi dia tidak menyerah.
Akhirnya dia justru membuka warung makan sendiri ya dan akhirnya sejarah mencatat bahwa KFC ini menjadi salah satu waralaba ayam goreng yang paling sukses.
Nah, bayangkan ketika Sanders ini menyerah ketika baru menawarkan resepnya ke beberapa restoran.
Mungkin kita tidak akan pernah mendengar KFC atau Colonel Sanders sebagai sang pendiri.
Nah, sebaliknya ketika kita sering mendengar cerita-cerita tentang ketekunan dan pantang menyerah, namun kita jarang mendengar cerita yang menyatakan bahwa seseorang harusnya menyerah saja daripada melanjutkan.
Nah, namun sebenarnya cerita itu ada.
Nah, salah satu cerita yang mungkin terkenal adalah apa yang dialami oleh Isaac Newton.
Nah, kita mengetahui Newton adalah penemu hukum gravitasi.
Nah, tidak banyak yang tahu bahwa ternyata sebelum Newton itu mendedikasikan dirinya untuk menemukan teori gravitasi, pada awalnya dia terobsesi untuk mengubah timah menjadi emas.
Nah, jadi pada masa di Newton itu memang dikenal sebuah cabang ilmu yang dinamakan alkemi ya, mungkin sebentuk kimia yang masih primitif.
Jadi salah satu obsesi tokoh-tokoh alkemi pada masa itu adalah mengubah logam-logam tidak berharga menjadi emas.
Dan ternyata Newton ini merupakan salah satu orang yang turut mengalami obsesi yang sama.
Dia berusaha untuk mengubah timah menjadi emas.
Nah, bayangkan ketika Newton ini tidak menyerah pada upayanya ya, mungkin dia tidak akan pernah menemukan teori gravitasi.
Justru karena dia menyerah pada obsesi awalnya dan beralih kepada upaya yang lain, dia dikenal sebagai orang besar yang menemukan hukum gravitasi yang memiliki arti penting bagi perkembangan fisika modern.
Nah, begitu juga apa yang terjadi pada Alexander Agung.
Jadi kita tahu bahwa Alexander Agung adalah seorang penakluk ya yang hidup di masa Yunani dulu, Yunani kuno.
Dia hidup di kerajaan Macedonia, suatu daerah di sekitar Yunani.
Dan dia terkenal menaklukkan begitu banyak wilayah pada usia muda.
Nah, dan tragisnya, dia juga harus meninggal pada usia yang juga muda.
Nah, memang ada berbagai macam faktor ya, yang menyebabkan dia meninggal.
Tapi mungkin salah satunya adalah dikarenakan dia mengalami kelelahan karena dia terus berusaha menaklukkan wilayah baru.
Nah, misalkan Alexander Agung ini tidak terlalu berambisi untuk memperluas wilayah, dia berhenti pada satu titik kemudian berfokus pada membangun kerajaan yang sudah ditaklukkan, mungkin kisah sejarah akan beda.
Nah, jadi dua kisah tadi menunjukkan bahwa sebenarnya beberapa keputusan-keputusan besar itu justru menemui hasil yang bagus karena orang yang melakukannya itu memutuskan untuk berhenti atau menyerah.
Karena pada dasarnya setiap keputusan yang kita buat itu memiliki dua konsekuensi.
Jadi yang pertama, ketika kita berhenti terlalu dini dan terlalu sering, itu akan membuat kita tidak pernah sampai tujuan.
Nah, jadi itu mengapa sifat pantang menyerah dan ketekunan itu tetap penting.
Jadi tahu kapan menyerah bukan berarti kemudian ketekunan dan sifat pantang menyerah menjadi tidak penting ya.
Karena ketika kita mudah menyerah, ketika kita mudah berputus asa maka kita tidak akan pernah mencapai banyak hal yang signifikan.
Karena hampir semua dari apa pun yang ingin kita capai itu membutuhkan proses.
Dan proses ini biasanya membutuhkan waktu dan upaya.
Nah, ketika kita tidak memiliki vitalitas untuk melanjutkan maka dikhawatirkan kita tidak akan mempunyai banyak pencapaian dalam hidup kita.
Nah, namun begitu juga sebaliknya, tidak tahu kapan harus berhenti itu akan membuat kita kehilangan waktu, sumber daya dan kesempatan untuk meraih yang lebih baik.
Nah, jadi kembali kepada contoh Newton tadi.
Bayangkan ketika misalkan Newton itu tidak segera beralih dari upaya mengubah timah menjadi emas dan memfokuskan dirinya kepada untuk merumuskan teori gravitasi.
Nah, mungkin dia akan kehilangan waktu, sumber daya dan kesempatan yang begitu besar ya.
Nah, jadi di sini juga menjadi suatu hal yang bijak ketika selain kita memiliki ketekunan dan sifat pantang menyerah, kita pun harus tahu kapan harus berhenti dan mengalihkan energi kita dan waktu kita kepada hal lain yang memiliki peluang keberhasilan lebih tinggi.[]