_______
“Ketika sesuatu berubah di dalam dirimu, banyak hal di sekitarmu akan ikut berubah.”
Cara pandang kita akan berpengaruh terhadap perasaan, rasa bahagia atau kesedihan kita.
Jika cara pandang kita berubah, maka persepsi kita terhadap faktor eksternal juga akan turut berubah.
Kebahagiaan, pada akhirnya ditentukan oleh apa yang terjadi dalam diri kita, bukan dari sebab luar.
Transkrip Video
Ketika sesuatu berubah di dalam dirimu, banyak hal di sekitarmu akan ikut berubah.
Nah, jadi quote ini sebenarnya ingin menunjukkan kepada kita bahwa sebenarnya apa yang kita rasakan, rasa bahagia kita, atau rasa sedih kita itu banyak dipengaruhi oleh faktor internal atau faktor dari diri kita sendiri.
Jadi bukan faktor eksternal, bukan faktor dari luar diri kita yang sebenarnya mempengaruhi mood kita atau perasaan kita.
Nah, sebagai contoh, misalkan kita mengirimkan WA kepada teman kita dan ternyata setelah beberapa saat teman kita itu tidak kunjung membalas pesan kita.
Nah, dalam kondisi itu kita bisa memilih dua respon, kita bisa memilih dua cara pikir.
Cara yang pertama adalah kita merasa sedih, kita merasa marah atau merasa kecewa karena ternyata teman kita tidak kunjung membalas pesan yang kita kirim padahal kita membutuhkan jawaban segera, misalkan.
Atau kita bisa memilih paradigma yang kedua yaitu berusaha untuk berpikir positif dan berusaha untuk memaklumi kejadian tersebut, karena mungkin kita berpikir atau menganggap bahwa teman kita sedang ada dalam perjalanan sehingga tidak mungkin baginya untuk membalas WA dengan segera.
Atau misalkan dia sedang berada di pertemuan penting sehingga tidak mungkin untuk membalas pesan kita dengan segera.
Nah, dua respon tadi akan membedakan apa yang kita rasakan, akan membedakan perasaan kita.
Respon yang pertama, karena kita merasa sedih, karena kita merasa marah, maka perasaan negatif itu, emosi-emosi negatif tadi akan turut mempengaruhi sisa hari kita.
Karena kita merasa sedih, merasa marah ketika teman tidak membalas WA, akhirnya perasaan itu akan berpengaruh terhadap kinerja kita.
Pekerjaan yang harusnya bisa diselesaikan dengan cepat, karena mood kita sudah turun, karena kita merasa tidak lagi fit secara emosi kemudian mengganggu kinerja dan kemampuan kita dalam menyelesaikan tugas.
Nah, sedangkan respon yang kedua karena tidak ada perasaan kecewa atau emosi negatif yang terlibat, orang ini tetap tenang atau tetap berpikir positif, maka dia tidak akan terpengaruh.
Harinya tetap ceria, harinya tetap bahagia dan dia pun bisa melanjutkan tugasnya dengan baik, dan dia pun juga tetap berprasangka baik dengan temannya sehingga tidak menimbulkan perasaan kesal yang sebenarnya tidak terkonfirmasi.
Nah, kasus WA ini sebenarnya hanya kasus kecil.
Jadi betapa pola pikir kita atau paradigma kita itu bisa berpengaruh terhadap kasus yang kecil seperti mengirimkan pesan WA atau sampai kepada kasus yang besar seperti perasaan bahagia.
Jadi kita tahu manusia itu pasti akan mencari kebahagiaan.
Sedapat mungkin tetap bahagia dan tidak mengalami kesedihan atau rasa sengsara.
Nah, namun persepsi tiap orang terhadap kebahagiaan juga berbeda-beda.
Ada orang yang menganggap bahwa kebahagiaan itu harus melalui rumah yang besar, kebahagiaan itu baru bisa dicapai dengan berlibur di tempat yang jauh, atau dengan memiliki kendaraan mewah.
Nah, orang yang memiliki pandangan seperti ini, maka untuk memuaskan kebahagiaannya dia harus mendapatkan apa yang dia persepsikan tadi.
Dan apa yang dia persepsikan ini harus kita akui merupakan barang-barang yang langka atau sesuatu yang langka, sesuatu yang tidak mudah untuk dicapai.
Jadi sehingga kalau kita memiliki cara pandang yang seperti ini kebahagiaan itu menjadi nampaknya menjadi suatu hal yang hanya bisa diraih oleh beberapa orang.
Nah, namun ada pula orang yang beranggapan bahwa kebahagiaan itu sebenarnya bisa dicapai atau bisa diraih dari peristiwa sehari-hari.
Karena dia merasakan bahwa hidup ini adalah keajaiban, hidup itu penuh dengan keajaiban, bahwa hidup itu penuh dengan anugerah.
Dengan rasa syukur yang besar itulah kemudian dia akan menghargai setiap detik, setiap momen yang dia rasakan.
Nah, orang yang mempunyai cara pandang seperti ini akhirnya akan lebih mudah menemukan kebahagiaan karena ternyata kesempatan untuk bahagia itu melimpah dan tersedia sekitar dia.
Nah, pada kasus pertama dia harus berjuang keras, harus menemukan situasi yang tepat, entry levelnya begitu tinggi sehingga akan sulit dicapai dan hanya bisa dicapai oleh beberapa orang, sedangkan ketika kita memiliki cara pikir yang kedua maka setiap momen kita ketika kita meresapinya dengan baik, ketika kita menjalaninya dengan penuh rasa syukur, itu sudah merupakan sumber kebahagiaan tersendiri.
Jadi dari sini kita bisa melihat lagi bahwa banyak hal dari hal yang kecil yang sepele hingga hal yang paling mendasar itu sebenarnya banyak ditentukan oleh persepsi kita.
Hal eksternalnya bisa sama, mengirimkan WA itu merupakan hal eksternal yang sama tetapi respon kita itu bisa sedih tapi bisa juga tetap tenang.
Jadi ketika faktor eksternal beda, ketika faktor eksternal itu sama yang membedakan hanya respon kita terhadap peristiwa eksternal tersebut.
Nah, jadi kembali kepada quote tadi, ketika sesuatu berubah di dalam dirimu banyak hal di sekitarmu akan ikut berubah.
Nah, jadi kita, ketika kita diri kita berubah menjadi baik, maka hal di luar diri kita pun akan menjadi tambah baik.
Tapi ketika di dalam diri kita masih buruk atau masih belum bisa baik, maka banyak hal di sekitar kita pun akan tidak nampak sebagai hal yang baik pula.[]