Cinta sejati terjadi saat kita berbagi kepositifan bersama. Artinya, cinta bisa terwujud kapan saja saat dua orang (atau lebih) terhubung dalam emosi positif.
Cinta. Apa sebenarnya makna dari kata 5 huruf tersebut?
Jika ditanyakan pada 100 orang, mungkin akan terdapat 100 versi jawaban yang berbeda pula.
Sebagian orang akan menyebut cinta adalah gairah. Sebagian lagi bilang cinta merupakan komitmen.
Atau cinta adalah hubungan keluarga. Ada lagi yang menyatakan cinta adalah romansa.
Benarkah? Perasaan dan pengalaman tersebut bisa menyertai cinta, tetapi itu bukanlah cinta itu sendiri.
Menurut buku yang ditulis Barbara Fredrickson, cinta, pada intinya adalah pengalaman emosional momen demi momen yang hangat dan saling peduli.
Cinta sejati terjadi saat kita berbagi kepositifan bersama. Artinya, cinta bisa terwujud kapan saja saat dua orang (atau lebih) terhubung dalam emosi positif.
Momen seperti itu bisa terjadi pada pasangan romantis, antar anggota keluarga, antar teman atau pada orang asing sekalipun.
Saat bertemu dengan orang yang tidak kita kenal di supermarket kemudian saling bertegur sapa dan ngobrol sejenak, mungkin saat itu kita sudah mengalami momen cinta.
Atau orang yang merawat binatang peliharaan dengan penuh kasih, amat mungkin juga sedang terhanyut dalam cinta.
Saat mengalami momen seperti itu, otak dan perilaku kita “sinkron”, sehingga mengalami kondisi yang disebut sebagai “resonansi positif”.
Saat seperti itu, postur tubuh mungkin terlihat seakan mencerminkan satu sama lain, mereka mengangguk satu sama lain, melakukan kontak mata, atau tersenyum.
Ditinjau dari mekanisme biologis, hormon oksitosin diketahui dilepaskan ke tubuh selama interaksi sosial yang positif, sehingga memicu peningkatan rasa saling percaya yang berkontribusi pada resonansi positif.
Mungkin terasa aneh menganggap cinta sebagai pengalaman yang bisa dibagi dengan orang asing, atau bahkan binatang.
Namun disitulah justru terletak relevansinya. Dunia yang sama-sama dihuni manusia ini tak pernah lepas dari konflik dan kekerasan. Manusia bisa saling benci hanya karena berbeda ras atau keyakinan.
Kita sering melupakan persamaan yang sejatinya jauh lebih banyak dari perbedaan.
Itu sebab, menjadi tepat ketika cinta dimaknai secara luas, tidak hanya terjadi antara pasangan romantis atau keluarga dekat.
Cinta bisa muncul dan terjalin ke siapa saja, ke semua manusia, atau ke seisi semesta, saat kita berbagi momen positif bersama.[]