Persepsi waktu terkait dengan jumlah pengalaman baru yang harus kita ingat. Semakin banyak memori yang dihasilkan dari rentang waktu tertentu, waktu akan terasa bergulir lebih lama.
Tetiba, kita sudah berada di ujung tahun 2020. Tahun yang amat tidak normal bagi hampir semua orang.
Sembilan bulan terakhir benar-benar mengejutkan. Kita harus hidup beriringan dengan pandemi yang tidak pernah terbayangkan masih bisa terjadi di masa modern seperti sekarang.
Berbicara mengenai waktu yang terlalui di tahun 2020, tiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda.
Sebagian akan bilang 2020 adalah tahun yang panjang, sebagian akan berkeras waktu terasa berjalan cepat tanpa kesan karena aktivitas yang berkurang hingga nyaris nol.
Perbedaan persepsi waktu ini ternyata telah menjadi subyek penelitian.
Hasil penelitian menyatakan waktu tampaknya berlalu lebih lambat ketika seseorang merasa ditolak, sakit, atau ketika mengalami depresi.
Namun, terdapat pula faktor lain yang juga berpengaruh, yaitu usia. Usia ditengarai memiliki pengaruh signifikan pada persepsi subjektif tentang waktu.
Ketika masih kecil, anak-anak cenderung mengingat pengalaman mereka dengan cara yang lebih spesifik.
Misal, mampu mengingat liburan di pantai mulai dari waktu, pakaian yang dikenakan hingga aktivitas yang dilakukan (berenang, membuat istana pasir, dll).
Sedangkan orang dewasa cenderung mengelompokkan pengalaman mereka ke dalam memori yang lebih umum dan kurang spesifik.
Misal, hanya mampu mengingat bahwa mereka menghabiskan liburan di pantai di akhir pekan pada tahun lalu.
Selain itu, persepsi waktu juga terkait dengan jumlah pengalaman baru yang harus kita ingat.
Dengan kata lain, semakin banyak memori yang dihasilkan dari rentang waktu tertentu, waktu akan terasa bergulir lebih lama.
Mengemas kenangan unik, istimewa dan detail saat liburan ke pantai akan membutuhkan lebih banyak kapasitas mental dibanding ingatan samar-samar saat hanya malas-malasan di rumah.
Kondisi ini tercermin pula dalam fase perkembangan manusia. Saat masih anak-anak, hampir semua yang kita alami adalah hal baru.
Di sekolah, anak-anak bertemu teman baru, lingkungan baru, pelajaran baru dan guru baru setiap tahunnya.
Artinya, mereka selalu berada dalam mode belajar hal baru setiap waktunya.
Masa kanak-kanak tidak kemudian lebih panjang, tetapi dengan semua informasi baru untuk diproses, dalam persepsi mereka, waktu terasa berlangsung lebih lama.
Sebaliknya, orang dewasa ditandai dengan rutinitas. Hari demi hari, tahun demi tahun, kita cenderung menjalani hidup yang berulang.
Pengalaman baru atau mempelajari hal-hal baru semakin jarang dilakukan sehingga proses terciptanya kenangan baru yang unik jadi lebih sulit.
Seseorang dapat dengan mudah melihat kembali minggu lalu, bulan lalu, atau tahun lalu dan tidak menemukan sesuatu yang jauh berbeda dengan hari ini.
Semua kondisi tersebut akhirnya membuat persepsi waktu terasa bergulir lebih cepat pada orang dewasa.
Lantas bagaimana cara membuat waktu yang kita lalui sebagai orang dewasa menjadi lebih bermakna?
Coba sesuatu yang baru. Jaga otak tetap aktif dengan mempelajari hal baru atau keluar dari jadwal rutin harian.
Selalu tumbuhkan rasa ingin tahu. Tetapkan target dan coba raih.
Dengan semakin banyak meraih pencapaian baru, maka waktu akan terasa lebih memiliki makna.
Dengan cara ini, saat kita mengingat kembali minggu dan bulan yang telah terlalui, kita akan memiliki lebih banyak kenangan unik untuk dinikmati, dan waktu tidak lagi terasa berlalu begitu cepat.
Selamat Tahun Baru 2021. Semoga menjadi tahun yang lebih baik.[]