Teori Ketergantungan menyatakan kita memutuskan menjalin hubungan romantis karena ingin memenuhi kebutuhan kita.
Keberhasilan dan kegagalan merupakan dua kutub berseberangan.
Kita akan mengalami kedua hal tersebut secara bergantian, baik dalam lingkup pekerjaan, hubungan pertemanan, atau perkawinan.
Dalam konteks perkawinan, kegagalan bisa memicu pasangan untuk meninggalkan hubungan atau melakukan perceraian.
Jelas ini menjadi perkara yang rumit. Pikiran biasanya akan gamang, apakah hidup akan menjadi lebih baik atau buruk tanpa bersama pasangan kita sekarang.
Memikirkan untuk berpisah rumah, menyiapkan kehidupan baru, masalah pengasuhan anak, memberi tahu keluarga dan teman, serta kompleksitas lain bisa membuat nyali ciut.
Sebaliknya, ketika memutuskan tetap melanjutkan hubungan, berarti kita tidak perlu memutuskan dan sekedar menerima status quo.
Namun ini pun bukan pilihan yang selalu ideal. Bertahan pada hubungan yang merusak (toxic relationship) bisa mengorbankan banyak hal, baik itu kesehatan fisik, jiwa dan kesejahteraan hidup.
Lantas apa faktor yang menentukan seseorang tetap berada dalam hubungan atau memutuskan untuk berpisah?
Secara intuitif, yang juga didukung banyak penelitian, menegaskan bahwa ketika memiliki hubungan yang memuaskan, pasangan umumnya akan bertahan.
Terdapat konsep yang dinamakan sebagai Interdependence Theory atau Teori Ketergantungan.
Teori ini menyatakan kita memutuskan menjalin hubungan romantis karena ingin memenuhi kebutuhan kita.
Hubungan ini bersifat timbal balik, artinya kedua pihak akan bergantung dan berharap satu sama lain.
Menurut Teori Ketergantungan, pasangan akan mengevaluasi hasil dari setiap interaksi yang mereka lakukan.
Artinya, secara mental mereka menghitung hasil tiap interaksi sebagai positif atau negatif.
Jika hasilnya sebagian besar positif, pasangan akan merasa puas dengan hubungan tersebut. Dan jika negatifnya lebih banyak, mereka akan merasa tidak puas.
Pada saat yang sama, mereka mungkin juga membandingkan hasil aktual dari hubungan tersebut dengan hasil yang dibayangkan berada dalam situasi alternatif.
Sekalipun “neraca” lebih banyak positif daripada negatif, mereka mungkin masih merasa tidak puas jika yakin bisa mendapatkan yang lebih baik di tempat lain.
Kondisi ini yang kemudian bisa memicu perselingkuhan karena seseorang mengasumsikan bisa mendapat kepuasan lebih banyak dari orang lain dibanding dari pasangannya.
Namun kita juga mengenal pasangan yang tetap bersama meskipun tidak bahagia dengan hubungannya.
Dalam kasus ini, mereka tetap bersama karena tidak menemukan situasi alternatif yang lebih baik dari apa yang mereka miliki saat ini.
Lantas pelajaran apa yang bisa diambil dari Teori Ketergantungan ini?
Teori ini mendasarkan dalilnya pada pemenuhan kebutuhan pasangan pada sebuah hubungan romantis.
Jika kebutuhan terpenuhi oleh pasangan, kita akan bahagia, jika tidak maka kita tidak bahagia.
Namun masalahnya, kita sering lupa bertanya pada diri sendiri apakah kebutuhan kita realistis? Apakah harapan kita pada pasangan masuk akal? Apakah kita tidak menuntut terlalu banyak?
Harus disadari, hubungan romantis tidak akan mampu memenuhi semua kebutuhan kita.
Selebihnya kita harus mencari di tempat lain, seperti di tempat kerja, relasi pertemanan, atau kegiatan sosial.
Sebagai contoh, kebutuhan hobi bersepeda harus disalurkan di klub sepeda, kebutuhan mengaplikasikan keahlian hanya bisa didapatkan di tempat kerja.
Jadi amat tidak masuk akal menganggap pasangan mampu memenuhi semua yang kita butuhkan.
Lantas apakah Teori Ketergantungan tidak benar? Teori ini tetap memiliki kebenaran.
Namun, agar mencapai kepuasaan dalam menjalin hubungan, ada baiknya kita membatasi apa yang menjadi kebutuhan kita.
Orang yang berharap terlalu banyak pada pasangannya pasti akan lebih sering mengalami rasa kecewa.
Itu sebab, mulai identifikasi hal terpenting yang bisa membuat hubungan kita semakin baik.
Membatasi daftar keinginan akan memaksa kita untuk memprioritaskan, untuk memutuskan apa yang benar-benar penting.
Dengan cara ini kita memiliki peluang menjaga kepuasan hubungan selalu dalam level paling tinggi.[]