Asertif (assertive) berarti berani menyuarakan sikap, pendapat atau cara pandang dengan tetap menghargai orang lain tanpa bertindak agresif.
Bagaimana asertif bisa mengurangi stres?
Simak di podcast “Berani Asertif untuk Kurangi Stres | Eps. 02”
Please enjoy!
Klik Tombol Play untuk Mendengarkan
Podcast Syafril Hernendi juga bisa didengarkan di Apple Podcasts, Spotify & Stitcher
Video Youtube
_______
Transkrip Podcast
Asertif bisa didefinisikan sebagai berani menyuarakan sikap, pendapat atau cara pandang dengan tetap menghargai orang lain, dengan tidak bertindak agresif. Jadi setidaknya ada dua hal penting yang bisa kita ambil dari definisi asertif.
Jadi yang pertama adalah berani menyuarakan sikap atau pendapat, dan yang kedua dengan tetap menghargai orang lain, dengan tidak bertindak agresif.
Berani menyuarakan pendapat nampaknya merupakan satu hal yang mudah, namun pada kenyataannya itu bisa cukup sulit untuk dilakukan, apalagi ketika kita sedang berada dalam lingkungan pertemanan, misalkan.
Jadi ambil contoh, misalkan pada suatu sore teman-teman kita mengajak kita untuk berjalan-jalan ke mall.
Namun, ternyata di lain pihak kita juga memiliki suatu tugas yang harus diselesaikan pada sore yang sama.
Disitulah kita kadang-kadang akan mengalami dilema, akan mengalami kekhawatiran apakah sebaiknya kita menuruti permintaan teman-teman kita atau kita tetap pada rencana awal untuk menyelesaikan tugas yang sudah menjadi tanggung jawab kita.
Nah, rasa ragu-ragu, rasa takut untuk mengecewakan orang lain, kemudian rasa untuk takut tidak diterima oleh teman-teman kita itu mungkin akan membuat kita cenderung kemudian tidak bersikap asertif.
Jadi alih-alih kita menyelesaikan tugas yang sudah menjadi agenda kita, sudah menjadi tanggung jawab kita, kita justru malah akhirnya ikut pergi ke jalan-jalan ke mall dengan teman-teman kita.
Itu salah satu contoh bagaimana sikap asertif itu kadang-kadang tidak mudah dilakukan. Nah, kesulitan dalam bertindak asertif juga bisa terjadi di lingkungan kerja.
Jadi ketika misalkan kita memiliki seorang teman yang meminta bantuan kepada kita untuk menyelesaikan tugas mereka atau proyek mereka, namun di lain pihak, kita sendiri sudah memiliki tugas atau proyek yang harus diselesaikan.
Nah, keragu-raguan, rasa khawatir, rasa takut untuk menyakiti, rasa khawatir untuk tidak diterima oleh teman-teman kita, itu membuat kita kadang-kadang sulit untuk bersikap asertif.
Jadi kembali dilema akan muncul. Apakah kita akan terima permintaan teman kita untuk membantu menyelesaikan tugasnya atau kita tetap pada rencana awal untuk berusaha menyelesaikan apa yang sudah menjadi tugas kita.
Nah, disitulah bahwa berani menyuarakan sikap atau pendapat itu kadang-kadang tidak begitu saja bisa dilakukan.
Namun tetap, pada akhirnya kita harus memberikan batas. Kita harus bertindak adil terhadap diri kita sendiri.
Jadi ketika misalkan kita memang sudah memiliki agenda tersendiri, sudah memiliki tugas-tugas sendiri, ada saatnya kita harus berani berkata tidak.
Berani berkata tidak kepada permintaan orang lain yang notabene itu adalah teman dekat atau teman kerja. Karena dengan kita bisa berkata tidak, diri kita sendiri akan mendapatkan hal positif dari situ.
Salah satunya adalah kita akan terhindar dari stres yang berlebihan.
Karena kita bisa mengatur apa saja yang harus dikerjakan, karena kita bisa mengatur prioritas mana saja yang harus kita lakukan, dan tidak menerima hal-hal tidak terduga gitu ya karena teman kita meminta kita untuk membantu mereka, kita akan bisa kemudian justru malah bertindak secara lebih optimal.
Hasil kerja kita pun akan bisa menjadi lebih optimal karena kita tidak merasa kewalahan. Padahal kewalahan akan berakibat pada stres.
Kalau kita stres maka otomatis akan juga berpengaruh terhadap performa kinerja kita juga.
Nah, jadi itulah gunanya asertif. Walaupun tampaknya tidak rumit, walaupun tampak sederhana, tetapi itu akan sangat berakibat positif pada diri kita dan kinerja kita.
Nah, kemudian asertif juga berani menyuarakan sikap tetapi juga harus tetap menghargai orang lain dengan tidak bertindak agresif.
Nah di sini juga bedanya asertif dengan agresif. Asertif itu bertindak tegas, atau berkata tegas, atau menyuarakan sikap atau pendapat kita dengan tegas, tetapi tanpa harus kita menjadi agresif.
Nah, agresif biasanya itu dikaitkan dengan tindakan atau sikap yang menyerang orang lain atau menyakiti orang lain.
Jadi, tetap tegas, tetap sesuai dengan apa yang menjadi cara pandang kita, menjadi nilai-nilai kita, tetapi dengan tetap tidak menyakiti orang lain.
Jadi itu bedanya juga, dengan kita bersikap asertif bukannya kita akan dikucilkan dari pertemanan, tapi justru siapa tahu orang lain justru akan menghargai kita, karena kita bisa menerapkan batas yang tegas.
Kapan itu adalah bagian untuk kita, kapan itu bagian untuk teman kerja kita, kapan itu bagian untuk teman-teman permainan, misalkan, kapan itu untuk keluarga, jadi kita bisa menerapkan batas dengan baik.
Ketika kita bisa menerapkan batas dengan baik maka otomatis semua prioritas juga akan bisa dilakukan dengan lebih baik.
Kalau kita bisa melakukan prioritas yang lebih baik, maka kita akan optimal di hampir setiap kehidupan yang kita miliki.
Nah, disitulah justru malah kita akan menjadi lebih bisa diterima di kalangan lingkungan manapun kita berada.
Jadi, kekhawatiran tidak tidak diterima itu menjadi tidak beralasan karena dengan bertindak atau bersikap asertif kita akan justru bisa optimal di manapun kita akan berada.
Jadi agar diterima di suatu lingkungan itu bukan dengan berkata ya, selalu berkata ya, tetapi kadang-kadang kita juga harus bisa berkata tidak.
Dengan berkata tidak, maka stres akan berkurang kemudian kita pun akan lebih bisa berfungsi di berbagai macam lingkungan atau tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab kita.