Berbohong akan selalu dianggap salah secara moral dan tidak pernah disukai.
Tapi sayangnya, berbohong terjadi cukup sering dan muncul secara alami pada manusia.
Pada awalnya, anak-anak umumnya jujur dan tidak bisa berbohong. Namun seiring waktu, akibat pengaruh lingkungan dan pola asuh orang tua, seorang anak bisa tumbuh menjadi seorang pembohong.
Berbohong atau menipu selalu memiliki konsekuensi serius, meskipun tidak semua kebohongan memiliki ‘derajat’ sama, dengan konsekuensi yang berbeda pula.
Terdapat berbagai jenis kebohongan, yaitu kebohongan putih (white lie), pemalsuan, kebohongan pada anak-anak, dll.
Terdapat berbagai alasan mengapa orang berbohong; takut menjadi salah satu alasan paling utama.
Alasan Pribadi untuk Berbohong
Selain rasa takut, menghindari hukuman juga merupakan alasan mengapa orang berbohong.
Ketika sadar akan dihukum karena perbuatannya, seseorang cenderung berbohong.
Ini adalah reaksi refleksif alami manusia untuk menjauhkan diri dari kesalahan atau masalah. Bohong jenis ini biasanya ditemukan pada anak-anak agar terhindar dari masalah.
Alasan umum lain mengapa orang berbohong adalah untuk meningkatkan harga diri atau menyelamatkan muka.
Mereka terus-menerus ingin menggambarkan diri sebagai orang yang baik, sopan, sukses, dll. Singkatnya, mereka ingin dianggap memiliki semua kualitas manusia yang positif.
Membesar-besarkan dan menggertak adalah dua jenis kebohongan lainnya. Ini merupakan metode yang banyak diadopsi untuk mengesankan atau menyesatkan orang lain.
Meskipun hubungan yang sehat didasarkan pada saling percaya dan kejujuran, sepasang kekasih tak jarang saling berbohong atau menyimpan rahasia.
Kebohongan seperti ini bisa berbahaya karena ketika terbongkar akan memicu ketidakpercayaan, keraguan dan hubungan yang rusak.
Dalam suatu hubungan, orang cenderung berbohong untuk mempertahankan hubungan itu sendiri atau untuk mengesankan pasangan.
Mengatakan kebohongan sebagai lelucon adalah jenis kebohongan yang dianggap tidak berbahaya, yang juga dikenal sebagai jocose lie.
Meneruskan informasi tanpa fakta lengkap dikenal sebagai bergosip; sesuatu yang juga merupakan bentuk kebohongan.
Kadang-kadang, orang tidak mengetahui fakta sebenarnya namun terus menyebarkan informasi, dan karenanya, mereka kemudian berbohong.
Alasan Sosial untuk Berbohong
Saat bermasyarakat, banyak orang berbohong agar terlihat menyenangkan, berusaha menjaga hubungan baik dan berusaha menghindari perselisihan dengan orang lain.
Kebohongan seperti diatas dikenal sebagai ‘kebohongan putih’ (white lie).
Orang cenderung lebih banyak berbohong ketika berada di perusahaan. Dalam situasi seperti itu, tidak terdapat perbedaan antara pria berbohong atau wanita berbohong. Artinya, pria dan wanita dianggap memiliki tingkat kecenderungan berbohong yang sama.
Orang berbohong untuk melindungi privasi diri sendiri maupun orang lain dan juga untuk menjaga harga diri.
Berbohong tidak dianggap berbahaya dan menipu jika dimaksudkan untuk tidak menyakiti perasaan orang lain.
‘Berbohong karena tidak menyampaikan informasi sepenuhnya’, kadang dianggap sebagai bagian dari bisnis, ketika seorang salesman dengan sengaja menciptakan kesalahpahaman dengan menghilangkan fakta-fakta tertentu.
Dalam kasus ini, tidak menyampaikan apa yang diketahui, padahal seseorang harus menyampaikan hal tersebut, bisa dikategorikan sebagai kebohongan.
Dalam bisnis, seseorang mungkin perlu berbohong untuk menjaga hubungan baik atau bahkan untuk menjual produk, yaitu dengan tidak menyampaikan secara detail kelemahan suatu produk, misalnya.
Berbohong untuk mendapat keuntungan dengan cara menipu dianggap sebagai jenis kebohongan yang berbahaya. Kebohongan seperti ini bisa memiliki konsekuensi pidana.
Di sisi lain, seorang dokter yang tidak mengatakan yang sebenarnya tentang kesehatan pasiennya untuk menghindari kecemasan di antara keluarganya; atau seorang polisi yang berbohong untuk menghindari kepanikan adalah ‘kebohongan yang mulia’ (noble lie).
Berbohong Kompulsif
Sebagian orang juga menderita kelainan yang dikenal sebagai berbohong kompulsif (compulsive lying).
Orang-orang seperti ini, yang dikenal sebagai pembohong kronis, memiliki kebiasaan berbohong dan cenderung berbohong dalam situasi apa pun.
Berbohong menjadi sesuatu yang alami pada mereka dan mereka merasa sulit untuk mengatakan yang sebenarnya.
Orang yang berbohong kompulsif bisa dengan enteng mengarang cerita tentang keseruannya berlibur ke Bali, padahal dia belum pernah satu kalipun mengunjungi Bali.
Pembohong kompulsif bisa berbohong tanpa harus memiliki alasan dan bisa mengarang cerita secara ajaib kemudian menceritakannya tanpa merasa bersalah..
Kebohongan jenis ini adalah kelainan yang berkembang sejak masa remaja awal.
Pembohong kronis seringnya tidak sengaja bermaksud menyakiti dan pada sebagian besar kesempatan, mereka melakukannya secara tidak sengaja.
Hanya saja, kebohongan kompulsif akan mengarah pada rusaknya hubungan di setiap tingkatan, mulai dari hubungan pertemanan, hubungan bisnis atau hubungan romantis.
Kebohongan kompulsif juga bisa menjadi gejala yang mendasari beberapa gangguan serius lainnya sehingga harus segera ditangani.
Cara Berhenti Berbohong
- Salah satu alasan umum berbohong adalah kurang percaya diri. Orang tersebut mungkin berbohong untuk menghadirkan citra yang baik di masyarakat dan mendapatkan penerimaan orang lain. Membangun kepercayaan diri melalui motivasi diri dan metode inspirasi lainnya dapat menjadi salah satu cara menghentikan kebohongan kompulsif.
- Kebohongan kompulsif adalah kelainan yang perlu ditangani secara hati-hati. Penderita pertama-tama harus menerima bahwa apa yang dia lakukan adalah salah dan memerlukan bantuan untuk mengatasinya. Self-hypnosis dan konseling adalah beberapa metode efektif untuk menghentikan kebohongan kompulsif.
- Menjelaskan konsekuensi akibat berbohong adalah cara lain yang yang dapat digunakan. Ini terutama berlaku untuk anak-anak dan remaja.
- Terakhir, Anda perlu membuat orang tersebut mengerti bahwa mengaku salah dan meminta maaf, meskipun tampaknya sulit, adalah cara efektif untuk mengatasi kebohongan dan membangun kembali citra dan harga diri.
Jika menemukan orang terdekat sering berbohong, Anda dapat mencoba memahami penyebabnya.
Anda dapat membantu orang tersebut sebelum berbohong menjadi kebiasaan dan mengakibatkan konsekuensi serius.