Sejarah menunjukkan pasar saham telah menjadi salah satu sumber utama memupuk kekayaan jangka panjang.
Saat pasar sedang baik, indeks saham di Indonesia bisa naik hingga lebih dari 30% per tahun.
Tren positif juga ditunjukkan bursa saham Amerika yang mengalami kenaikan rata-rata 10% per tahun selama seabad terakhir.
Tren ini tentu amat menguntungkan bagi investor jangka panjang yang membeli saham, menginvestasikan kembali dividen, mengambil keuntungan dari peraturan pajak, dan membiarkan prinsip compounding interest melakukan tugasnya.
Di Amerika, selama periode yang sama, inflasi berkisar sekitar 4%, sehingga pasar saham memberikan tingkat pengembalian bersih 6%.
Dibanding Indonesia, setelah dikurangi inflasi, tingkat pengembalian bahkan bisa lebih tinggi lagi.
Sayangnya, data menunjukkan dengan 10% pengembalian pasar, rata-rata yang diterima investor hanya 3% karena mereka membuat keputusan bodoh, seperti melakukan trading terlalu sering, menggunakan broker dengan biaya tinggi, membayar komisi penjualan, dan sejumlah kesalahan lain.
Apakah Saham merupakan Investasi Bagus untuk Pemula?
Sebelum masuk ke pembahasan mengenai investasi selain saham, akan diulas singkat mengenai investasi di saham.
Jawaban singkat dari pertanyaan diatas adalah YA.
Faktanya, sebagian besar orang – termasuk pemula – harus memiliki saham dalam portofolio investasinya.
Tapi ingat, sebaiknya biarkan uang Anda diinvestasikan setidaknya selama lima tahun.
Kenapa lima tahun? Karena relatif jarang bagi pasar saham untuk mengalami penurunan yang berlangsung lebih lama dari itu.
Artinya, semisal mengalami penurunan, waktu 5 tahun biasanya cukup bagi pasar saham untuk kembali ke posisi semula atau bahkan lebih tinggi lagi.
Intinya jangan panik. Ketika mengalami penurunan, jangan tergesa-gesa menarik investasi Anda.
Saat turun adalah saat harga saham sedang murah, yang artinya adalah saat terbaik untuk membeli.
Tetapi alih-alih membeli saham individu, fokuslah pada reksadana saham.
Dengan reksadana, Anda dapat membeli (memiliki) banyak saham dalam satu dana.
Tetapi apakah mungkin membangun portofolio yang terdiversifikasi dari saham individu? Tentu saja.
Tetapi melakukan hal itu akan memakan waktu disertai pemahaman tentang cara menilai saham dan kemampuan mengelola portofolio.
Untuk pemula, hal ini tentu saja tidak dianjurkan.
Apakah Trading Saham untuk Pemula?
Walaupun saham bagus untuk investor pemula, namun melakukan “trading” mungkin tidak.
Sekali lagi, lakukan investasi menggunakan strategi ‘buy-and-hold’ melalui reksadana saham.
Trading memerlukan pengetahuan, dedikasi waktu dan banyak riset untuk melakukannya.
Trader saham mencoba menentukan waktu pasar yang tepat untuk membeli rendah dan menjual tinggi. Mereka jarang menahan saham dalam jangka panjang.
Selain butuh pengetahuan, trading saham merupakan aktivitas penuh stres yang mungkin mengganggu ketenangan hidup Anda.
Sebagian Investor Tidak Cocok Bermain Saham
Harus diakui sebagian orang tidak memiliki ‘kepribadian’ yang cocok untuk berinvestasi di saham.
Orang dengan kecenderungan ini tentu akan kehilangan salah satu sarana teruji untuk membangun kekayaan.
Namun bagaimanapun, mengetahui tentang diri sendiri adalah penting karena dapat membantu Anda menghindari kesalahan lebih lanjut.
Tanda Anda Tidak Cocok Berinvestasi di Saham
Bagaimana mengetahui saat seseorang yang karena sebab psikologi harus menghindari investasi dalam saham?
Berikut beberapa tandanya:
> Anda merasa tidak nyaman atau bahkan sakit secara fisik melihat harga saham jatuh, alih-alih melihat itu sebagai sebuah kesempatan besar membeli dengan harga murah.
> Anda tidak dapat menjelaskan apa itu harga bid/ask/spread atau cara kerjanya.
> Anda justru sulit tidur setelah membeli saham.
> Anda memiliki pemikiran atau mengatakan bahwa “pasar saham seperti sebuah kasino”.
> Anda berpikir ‘stock split’ merupakan hal yang baik.
> Anda tidak mengerti bagaimana, dalam beberapa situasi, harga saham 10.000 per lembar bisa lebih murah dari saham dengan harga 1.000 per lembar.
> Anda tidak dapat membaca laporan laba rugi atau neraca.
> Anda tidak memahami laporan tahunan perusahaan.
> Anda tidak memahami arti price-to-earnings ratio.
Investasi yang Harus Anda Pertimbangkan jika Secara Emosional Tidak Mampu Berinvestasi di Saham
Jika ingin mendapatkan imbal yang baik namun tidak mampu berinvestasi di saham, terdapat setidaknya dua alternatif yang masuk akal kecuali Anda masuk ke daerah khusus (misalnya, membeli hak cipta musik atau menulis naskah film).
Berikut adalah investasi selain saham yang bisa dilakukan:
- Memiliki bisnis yang dioperasikan sendiri.
- Memiliki portofolio real estat yang menghasilkan pendapatan sewa.
Hanya saja perlu dipahami sebagian orang tidak cocok menjalankan bisnis mereka sendiri.
Bahkan, beberapa orang yang sangat cerdas, jika mereka harus menjalankan bisnis sederhana seperti waralaba McDonalds, bisa bangkrut dalam setahun.
Dibutuhkan keterampilan unik untuk menjadi entrepreneur seperti perhatian terhadap detail, kemampuan mengendalikan biaya, mengetahui kapan harus berinvestasi, memantau pengembalian yang diperoleh atas total investasi, melindungi arus kas, hingga mengatur karyawan.
Bagi banyak orang, entrepreneurship bukanlah wilayah mereka. Sebagian orang tidak cocok mengelola bisnis mereka sendiri.
Dari sini bisa disimpulkan dengan sederhana bahwa lebih banyak orang yang mampu mengelola investasi real-estate atau properti karena sifatnya yang nyata.
Artinya, Anda dapat melihat properti Anda, bisa menyentuhnya, memperbaikinya, dan bisa menghitung uang yang bisa dikumpulkan dengan memiliki aset tersebut.
Terdapat banyak sub-spesialisasi bagi mereka yang berinvestasi di real estate, termasuk rumah sewa individu, bangunan apartemen, kompleks gudang, gedung perkantoran, dll.
Masing-masing kategori memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri serta cocok dijalankan oleh individu yang berbeda.
Bagaimana Jika Tidak Suka Real Estate, Saham, atau Bisnis Sendiri?
Jika Anda tidak mampu mengelola real estate, memiliki saham, atau menjalankan perusahaan sendiri, maka Anda tidak beruntung.
Anda harus cukup puas dengan hanya menaruh uang di bank, tidak pernah mendapatkan pengembalian lebih dari tingkat inflasi, dan mengandalkan hidup dari gaji dan tabungan.
Ini adalah hukum yang berlaku universal. Tidak ada seorang pun yang akan mendapat apa yang mereka inginkan hanya dengan duduk di rumah dan tidak melakukan apa-apa.[]