Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa dari waktu ke waktu.
Ini adalah istilah ekonomi yang berarti Anda harus menghabiskan lebih banyak uang untuk membeli 10 kg beras, membeli 1 kg telur, atau memotong rambut.
Inflasi pada akhirnya akan meningkatkan biaya hidup. Barang dan jasa yang dulu bisa terbeli dengan uang 10 ribu, sekarang sudah tidak lagi.
Inflasi mengurangi daya beli setiap unit mata uang. Inflasi akan mengurangi nilai rupiah.
Ketika harga naik, uang akhirnya hanya mampu membeli lebih sedikit.
Begitulah cara inflasi dengan seiring waktu mengurangi standar hidup semua orang .
Mantan Presiden AS, Ronald Reagan pernah berkata, “Inflasi sama kejamnya dengan begal, sama menakutkannya dengan perampok bersenjata, dan sama mematikannya dengan pembunuh bayaran.”
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi adalah persen kenaikan atau penurunan harga selama periode tertentu, biasanya dalam sebulan atau setahun.
Persentase memberi tahu Anda seberapa cepat harga naik selama periode tersebut.
Sebagai contoh, jika tingkat inflasi untuk satu liter bensin adalah 2 persen per tahun, maka harga bensin akan 2 persen lebih tinggi tahun depan.
Itu berarti jika sekarang harga satu liter bensin adalah Rp. 10.000, tahun depan harga akan naik menjadi Rp. 10.200.
Jika tingkat inflasi lebih dari 50 persen dalam sebulan, maka kondisi ini disebut hiperinflasi.
Tipe Inflasi
Terdapat empat tipe utama inflasi, yang dikategorikan berdasarkan kecepatannya: creeping (merayap), walking (berjalan), galloping (berlari kencang), dan hiperinflasi.
Banyak ahli menganggap demand-pull (tarikan permintaan) dan cost-push (dorongan biaya) sebagai jenis inflasi, namun sebenarnya keduanya adalah penyebab inflasi.
Berikut adalah beberapa jenis inflasi beserta penjelasan singkatnya.
1. Creeping Inflation
Creeping inflation (inflasi merayap atau ringan) adalah saat harga naik 3 persen setahun atau kurang.
Inflasi ringan justru dianggap bisa menguntungkan pertumbuhan ekonomi karena menetapkan ekspektasi bahwa harga akan terus meningkat sehingga memicu meningkatnya permintaan.
Konsumen akan memutuskan untuk membeli sekarang sebelum harga naik di masa depan.
Dengan meningkatnya permintaan, inflasi ringan mendorong ekspansi ekonomi.
2. Walking Inflation
Walking inflation (inflasi berjalan) biasanya berkisar antara 3-10 persen per tahun.
Inflasi jenis ini berbahaya bagi ekonomi karena tingkat ekonomi yang memanas terlalu cepat.
Orang mulai membeli lebih banyak dari yang mereka butuhkan, hanya untuk menghindari harga yang jauh lebih tinggi esok hari.
Kondisi ini akan mendorong permintaan lebih jauh lagi, sehingga pemasok tidak dapat memenuhi permintaan.
Akibatnya, harga barang dan jasa umum mengalami kenaikan sehingga sulit dijangkau oleh kebanyakan orang.
3. Galloping Inflation
Ketika berada pada tingkat 10% atau lebih, inflasi akan memicu kekacauan besar pada ekonomi.
Uang kehilangan nilai begitu cepat sehingga pendapatan bisnis dan karyawan tidak dapat mengikuti biaya dan harga.
Investor asing menghindari negara tersebut, sehingga terjadi kekurangan modal pada dunia usaha.
Perekonomian menjadi tidak stabil, dan para pemimpin pemerintah kehilangan kredibilitasnya.
4. Hiperinflasi
Hiperinflasi adalah saat harga meroket lebih dari 50 persen dalam sebulan.
Inflasi jenis ini sangat jarang terjadi. Kondisi hiperinflasi biasanya terjadi ketika pemerintah mencetak uang sembarangan untuk membayar biaya perang.
Contoh hiperinflasi pernah terjadi di Jerman pada tahun 1920an, Zimbabwe pada tahun 2000an, dan Amerika selama perang saudara.
5. Stagflation
Stagflation (stagflasi) terjadi ketika pertumbuhan ekonomi dalam kondisi stagnan, namun masih terjadi inflasi harga.
Hal ini nampaknya kontradiktif, jika bukan tidak mungkin. Mengapa harga naik ketika tidak terdapat cukup permintaan?
Stagflasi pernah terjadi pada tahun 1970an ketika AS menanggalkan standar emas. Begitu nilai dolar tidak lagi terikat pada emas, jumlah dolar yang beredar melejit.
Kenaikan jumlah uang yang beredar merupakan salah satu penyebab inflasi.
Stagflasi mulai mereda ketika Ketua Federal Reserve, Paul Volcker, menaikkan suku bunga dana federasi ke angka dua digit.
Suku bunga dinaikkan cukup lama untuk menghilangkan ekspektasi inflasi lebih lanjut.
Karena situasi seperti itu tidak biasa, mungkin stagflasi tidak akan terjadi lagi.
6. Core Inflation
Core inflation (inflasi inti) mengukur kenaikan harga dalam segala hal kecuali makanan dan energi.
Kenaikan harga BBM biasanya menaikkan harga makanan dan komoditi lain yang memiliki biaya transportasi besar.
Bank sentral biasanya menggunakan tingkat core inflation dalam menetapkan kebijakan moneter.
7. Deflation
Deflation (deflasi) adalah kebalikan dari inflasi. Saat itulah harga turun yang dipicu saat sebuah gelembung aset meledak.
Kondisi ini pernah terjadi di Amerika pada tahun 2006 ketika harga rumah turun. Deflasi harga perumahan membuat orang yang membeli rumah pada tahun 2005 merasa sangat dirugikan.
Bank sentral biasanya khawatir pada deflasi yang terjadi selama resesi. Hal ini karena deflasi bisa mengubah resesi menjadi depresi.
Selama Depresi Besar tahun 1929, harga turun 10 persen per tahun. Begitu dimulai, deflasi lebih sulit dihentikan daripada inflasi.
8. Wage Inflation
Wage inflation (inflasi upah) adalah ketika gaji pekerja meningkat lebih cepat daripada biaya hidup.
Kondisi ini terjadi ketika terjadi kekurangan pekerja, ketika serikat pekerja menegosiasikan upah yang lebih tinggi atau ketika pekerja secara efektif mengendalikan gaji mereka sendiri.
Kekurangan pekerja terjadi setiap kali pengangguran berada di bawah 4 persen. Kondisi ini membuat serikat pekerja memiliki kekuatan untuk meminta kenaikan upah.
Banyak orang mungkin menganggap kenaikan upah bisa dibenarkan.
Namun, upah yang lebih tinggi merupakan penyebab cost-push inflation, dan dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa.
9. Asset Inflation
Gelembung aset, atau inflasi aset, terjadi di satu kelas aset, seperti perumahan, minyak atau emas.
Inflasi jenis ini sering diabaikan oleh bank sentral dan pengamat inflasi terutama ketika tingkat inflasi secara keseluruhan tetap rendah.
Tapi krisis subprime mortgage dan krisis keuangan global menunjukkan betapa inflasi aset yang tidak terkendali bisa memicu kerusakan besar.