Banyak yang heran, kenapa di negeri yang begitu gemah ripah loh jinawi, yang tongkat bisa tumbuh jadi tanaman, tetep saja jutaan warganya hidup nyungsep.
Jangankan mo sekolah, makan saja senin kemis. Makan 4 sehat 5 sempurna jadi mimpi yang ga kesampaian. Lha wong seringnya nasi kemarin saja dijemur trus dibikin makan malam.
Kemiskinan sudah pasti membuat orang tak berdaya. Orang tak berdaya berarti mempunyai daya saing dan daya tawar yang rendah. Semakin banyak orang miskin, secara kolektif akhirnya akan menurunkan daya saing bangsa juga.
Jadi apa ya yang membuat Indonesia tercinta ini masih begitu banyak orang miskin? Kurang tanah subur..enggak. Kurang kekayaan alam..nggak juga.
Untuk penyederhanaan -menurut almarhum Kuntowijoyo- ada dua macam miskin:
– Kemiskinan natural
– Kemiskinan struktural
Miskin natural boleh dibilang ”miskin dari sononya”. Keluarga yang tinggal di pinggir jalan besar akan memiliki ’nasib’ yang berbeda dengan keluarga yang tinggal di hutan lebat.
Punya rumah di tepi jalan besar berarti akses ke manapun jadi lebih mudah. Mo ke pasar buat jualan jadi mudah. Mo sekolah ke kota kecamatan juga sangat mungkin.
Bandingkan dengan keluarga yang tinggal di tengah hutan. Buat ke kampung terdekat saja mungkin butuh perjalanan 3 hari 3 malam, gimana mau bikin yang lain?
Kemiskinan model ini lebih mudah ditangani. Bangunkan sarana prasarana yang memadai. Bikinkan jalan, jembatan, sekolah dengan merata, maka sebagian masalah sudah terpecahkan.
Pokok dari solusi ini adalah dengan memberikan kesempatan yang sama buat semua orang untuk mengakses semua yang diperlukannya. Solusi ini disebut sebagai politik pasif.
Sedang kemiskinan struktural adalah ”kemiskinan yang dibuat”. Kemiskinan ini disebabkan oleh struktur (baca: politik) yang tidak adil. Si pembuat kebijakan sengaja menerapkan aturan yang membuat orang-orang jadi miskin.
Monopoli tata niaga cengkeh, ato perlakuan istimewa bagi sekelompok kecil orang bisa dijadikan beberapa contohnya. Akhirnya sebagian besar orang diinjak dan tetap dibiarkan tiarap demi memakmurkan segolongan kecil orang.
Masalah yang ini lebih susah ditangani. Perlu upaya keras dari banyak pihak untuk meluruskan struktur yang menindas ini, disertai perubahan perilaku dari dari masyarakat dan pengambil kebijakan secara keseluruhan.
Tak jarang perjuangan ini mesti dibayar dengan darah dan nyawa para pejuangnya. Belum lamanya waktu yang dibutuhkan buat mewujudkannya. Apalagi kalo pemiskinan ini juga melibatkan tangan-tangan dan kekuatan global.
Dibutuhkan politik aktif untuk mengenyahkan kemiskinan macam ini.[]
Tulisan terkait:
Sumber gambar: http://www.detikfinance.com/images/content/2008/05/10/4/miskin1dalam.jpg